Selasa 12 Dec 2023 06:32 WIB

Netanyahu Yakin Pertempuran Masuki Fase Akhir

Perang masih berlangsung namun ini adalah awal dari berakhirnya Hamas.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meyakini pertempuran di Jalur Gaza sudah memasuki fase akhir
Foto: AP Photo/Abir Sultan
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meyakini pertempuran di Jalur Gaza sudah memasuki fase akhir

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meyakini pertempuran di Jalur Gaza sudah memasuki fase akhir meski konfrontasi sengit masih berlangsung, baik di wilayah selatan maupun utara. 

“Perang masih berlangsung namun ini adalah awal dari berakhirnya Hamas. Saya katakan kepada teroris Hamas: Ini sudah berakhir,” kata Netanyahu pada Ahad (10/12/2023), dikutip laman Al Arabiya.

Baca Juga

Netanyahu kemudian membuat pernyataan retorik dengan meminta para anggota Hamas agar jangan bersedia terbunuh hanya untuk pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar. “Jangan mati demi Sinwar. Menyerahlah sekarang,” ujarnya.

Netanyahu mengeklaim, dalam beberapa hari terakhir, puluhan anggota Hamas telah menyerah kepada Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Namun, IDF belum memberikan bukti apa pun terkait klaim tersebut. Hamas pun telah membantah pernyataan Netanyahu.

Saat ini pertempuran antara IDF dan Hamas terpusat di wilayah selatan Gaza. Pada Ahad kemarin, puluhan tank Israel dilaporkan telah mulai memasuki jantung kota Khan Younis. Sebelumnya pergerakan pasukan Israel terhenti karena menghadapi perlawanan sengit dari Hamas.

“Itu adalah salah satu malam yang paling mengerikan, perlawanan sangat kuat, kami bisa mendengar suara tembakan dan ledakan yang tidak berhenti selama berjam-jam,” kata ayah empat anak yang mengungsi dari Kota Gaza dan berlindung di Khan Younis kepada Reuters, Ahad kemarin.

Sebelumnya militer Israel mengklaim bahwa pertempuran dengan Hamas di wilayah utara sudah hampir dimenangkan. Namun, masih terdapat beberapa pertempuran sengit di wilayah tersebut.

“Saya yakin ini adalah pertempuran terkuat yang pernah kami dengar dalam beberapa minggu terakhir,” kata seorang warga bernama Nasser (59 tahun), ayah dari tujuh anak yang mengungsi ke Jabaliya setelah rumahnya di Bait Lahiya dihancurkan.

Meski Israel telah memerintahkan warga sipil Gaza di utara untuk mengungsi ke selatan, Nasser dan warga lainnya menolak pindah.

“Kami tidak akan meninggalkan Jabaliya apa pun yang terjadi. Kami akan mati di sini sebagai martir atau mereka akan meninggalkan kami sendirian,” ujar Nasser.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement