Senin 11 Dec 2023 16:13 WIB

PBB Butuhkan 46 Miliar Dolar AS untuk Bantuan Kemanusiaan pada 2024

Pada tahun 2024 hampir 300 juta orang akan membutuhkan bantuan kemanusiaan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
Truk yang membawa bantuan kemanusiaan untuk Jalur Gaza melintasi gerbang perbatasan Rafah, di Rafah, Mesir, Sabtu (21/10/2023).
Foto: EPA-EFE/KHALED ELFIQI
Truk yang membawa bantuan kemanusiaan untuk Jalur Gaza melintasi gerbang perbatasan Rafah, di Rafah, Mesir, Sabtu (21/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- PBB meminta 46 miliar dolar AS untuk membantuan jutaan orang yang terdampak krisis kemanusian di seluruh dunia. Dana ini untuk tahun depan ini diperlukan untuk membantu masyarakat di wilayah Palestina, Sudan dan Ukraina.

Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) merilis Global Humanitarian Overview for 2024. Dalam laporan itu OCHA mengatakan pada tahun 2024 hampir 300 juta orang akan membutuhkan bantuan kemanusiaan karena konflik, keadaan darurat iklim, dan faktor ekonomi.

Baca Juga

Angka itu termasuk 74,1 juta orang di Afrika Timur dan Selatan, yang sebagian besar di antaranya terkena dampak krisis di Sudan. "Kami akan menargetkan untuk kebutuhan khusus kami, untuk badan-badan yang saya wakili, 181 juta dari 300 juta orang tersebut," kata kepala OCHA, Martin Griffiths.

Ia mengatakan organisasi-organisasi lain, termasuk Palang Merah dan perhimpunan-perhimpunan Palang Merah nasional, mengajukan permohonan dana mereka sendiri.

OCHA mengatakan sistem kemanusiaan sedang menghadapi krisis pendanaan yang besar. Tahun lalu hanya sepertiga dari 57 miliar dolar AS yang dibutuhkan untuk bantuan kemanusiaan yang berhasil didanai.

Griffiths menggambarkan hal ini sebagai "kekurangan dana terburuk dalam beberapa tahun terakhir." Ia mengatakan sulit untuk mengurangi permohonan untuk tahun 2024 dan memastikan lembaga-lembaga bantuan "realistis, fokus dan berpikiran keras" ketika menilai kebutuhan.

"Saya rasa Timur Tengah secara keseluruhan dan Gaza serta Tepi Barat mungkin akan menjadi wilayah yang paling membutuhkan bantuan," kata Griffiths.

"Namun Ukraina sedang mengalami masa-masa sulit dan perang yang akan dimulai kembali tahun depan. Ini akan membutuhkan banyak perhatian," tambahnya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement