Selasa 19 Dec 2023 12:00 WIB

AS Bentuk Inisiatif Patroli Gabungan di Laut Merah

Patroli gabungan yang dibentuk AS tersebut meliputi Inggris, Kanada, Prancis, Italia,

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Bendera Palestina dan Yaman berkibar di dek kapal kargo Galaxy Leader, yang disita oleh Houthi di lepas pantai pelabuhan Al-Salif di Laut Merah di provinsi Hodeidah, Yaman, Selasa (5/12/2023).
Foto: EPA-EFE/YAHYA ARHAB
Bendera Palestina dan Yaman berkibar di dek kapal kargo Galaxy Leader, yang disita oleh Houthi di lepas pantai pelabuhan Al-Salif di Laut Merah di provinsi Hodeidah, Yaman, Selasa (5/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin mengatakan, beberapa negara setuju untuk bergabung dalam patroli gabungan di selatan Laut Merah dan Teluk Eden. Patroli ini bertujuan menjaga kapal komersial dari serangan kelompok Houthi yang berasal dari Yaman.

Kelompok yang didukung Iran itu mengatakan, mereka mengarahkan rudal dan drone-nya untuk membantu Palestina selama perang Israel dan Hamas di Jalur Gaza. Pada Aljazirah, Senin (18/12/2023) anggota politbiro Houthi Mohammed al-Bukhaiti mengatakan kelompoknya mampu menghadapi koalisi apa pun yang dibentuk AS yang dapat dikerahkan ke Laut Merah.

Austin yang sedang berkunjung ke Bahrain, negara yang menampung markas Angkatan Laut di Timur Tengah, mengatakan, patroli gabungan yang dibentuk AS tersebut meliputi Inggris, Kanada, Prancis, Italia, Belanda, Norwegia, Seiselensa dan Spanyol. "Ini tantangan internasional yang memerlukan aksi kolektif, oleh karena itu hari ini saya mengumumkan pembentukan Operasi Penjaga Kemakmuran, inisiatif keamanan multinasional baru yang penting," kata Austin, Selasa (19/12/2023).

Sebelumnya, Austin mengatakan dukungan Washington ke Israel "tak tergoyahkan" tapi ia mendesak sekutu AS itu untuk berbuat lebih banyak dalam melindungi warga sipil. Pasalnya perang Israel melawan Hamas menewaskan belasan ribu korban jiwa dan menghancurkan Jalur Gaza yang Israel kepung usia serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober lalu.

Pemerintah asing dan organisasi internasional pun kini, semakin khawatir dengan total kematian warga sipil di Gaza akibat pengeboman Israel. Serta lonjakan angka kelaparan dan kemiskinan. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan hingga Senin kemarin sudah 19.453 orang tewas dalam serangan Israel di Gaza. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji meraih kemenangan total dalam serangan balasan terhadap Hamas. 

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement