REPUBLIKA.CO.ID,Washington - Pemerintah Presiden AS Joe Biden menyampaikan keprihatinan atas pembunuhan seorang ibu dan anak perempuannya di satu-satunya Gereja Katolik di Gaza, oleh seorang penembak jitu Israel.
“Kami telah menyampaikan keprihatinan kami mengenai insiden ini kepada pemerintah Israel mengenai perlunya mereka yang terluka untuk dapat dievakuasi dengan aman, sehingga mereka dapat menerima perawatan medis yang sesuai,” kata Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby, kepada wartawan pada Senin (18/12).
Kirby menegaskan kembali pandangan Washington bahwa Israel bisa melakukan lebih banyak upaya untuk melindungi warga sipil di Gaza ketika perang terus berlanjut. Namun, menurut dia, AS belum melihat bukti bahwa Israel telah "membantai orang-orang tak bersalah" sebagai tujuan perang dan kebutuhan operasi taktis mereka.
“Sekarang yang terjadi adalah orang-orang terbunuh, orang-orang terluka. Kami mengakui hal itu, tetapi tidak bisa dikatakan bahwa itu adalah bagian dari tujuan perang mereka,” ujar Kirby.
Seorang penembak jitu Israel pada Sabtu (16/12/2023) membunuh seorang ibu dan putrinya serta melukai tujuh orang lainnya yang berlindung di Paroki Keluarga Suci Gaza, menurut Patriarkat Yerusalem.
Partriarkat Yerusalem mengatakan salah satu perempuan ditembak mati ketika mencoba menyelamatkan perempuan lainnya setelah dia tertembak, sementara tujuh orang lainnya terluka ketika berusaha melindungi orang lain di kompleks gereja.
"Tidak ada peringatan dan pemberitahuan. Mereka ditembak dengan kejam di dalam lingkungan Paroki, di mana tidak ada pihak yang berperang," kata Patriarkat Yerusalem dalam sebuah pernyataan.
Insiden tersebut disesalkan oleh Paus Fransiskus, yang pada Ahad (17/12/2023) menyatakan bahwa Israel menggunakan taktik terorisme di Gaza. Paus menyebut identitas kedua perempuan yang dibunuh itu yakni Nahida Khalil Anton dan putrinya, Samar. Di lain pihak, Israel mengatakan kasus pembunuhan itu sedang ditinjau.