Selasa 19 Dec 2023 21:32 WIB

Sebanyak 97 Wartawan Palestina Gugur di Tangan Zionis Israel Selama Perang Gaza

Israel terus lakukan serangan intensif di Jalur Gaza

Warga menaruh bunga mawar di atas sejumlah foto jurnalis Gaza, Palestina yang tewas saat bertugas pada aksi damai di Solo, Jawa Tengah, Ahad (17/12/2023). Aksi tersebut sebagai wujud solidaritas warga terhadap jurnalis yang tewas akibat serangan Israel di Gaza, Palestina, selain juga meminta para pemimpin dunia agar mendesak Israel menghentikan perang guna melindungi keselamatan warga sipil Palestina.
Foto: ANTARAFOTO/Maulana Surya
Warga menaruh bunga mawar di atas sejumlah foto jurnalis Gaza, Palestina yang tewas saat bertugas pada aksi damai di Solo, Jawa Tengah, Ahad (17/12/2023). Aksi tersebut sebagai wujud solidaritas warga terhadap jurnalis yang tewas akibat serangan Israel di Gaza, Palestina, selain juga meminta para pemimpin dunia agar mendesak Israel menghentikan perang guna melindungi keselamatan warga sipil Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA— Sebanyak 97 wartawan Palestina terbunuh akibat serangan tentara Israel selama perang di Jalur Gaza yang telah berlangsung sejak 7 Oktober 2023. 

“Jumlah wartawan yang mati syahid meningkat menjadi 97 korban sejak dimulainya agresi brutal (Israel) di Gaza,” kata kantor media pemerintah Gaza pada Selasa (19/12/2023).

Baca Juga

Jurnalis terakhir yang tewas dalam serangan udara Israel di Kota Rafah, selatan Gaza pada Senin malam (18/12/2023), adalah Adel Zorob. 

Otoritas Gaza menuduh tentara Israel sengaja membunuh wartawan-wartawan Palestina dengan tujuan “untuk menghapus kebenaran.” 

Sementara itu, korban tewas di pihak Israel akibat serangan Hamas mencapai 1.200 orang, sementara lebih dari 130 sandera masih ditahan oleh Hamas di Gaza. 

Amerika Serikat pada Jumat mengatakan bahwa mereka tidak memiliki petunjuk apa pun bahwa Israel dengan sengaja menargetkan jurnalis di Jalur Gaza menyusul kematian seorang jurnalis yang terbunuh dalam serangan Israel.

“Kami masih belum mempunyai petunjuk apa pun bahwa mereka sengaja menargetkan para jurnalis,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby kepada wartawan.

“Dalam konflik dinamis yang sedang berlangsung seperti ini, kami tidak akan menjadikan diri kami sendiri sebagai hakim dan juri atas setiap serangan udara dan setiap peristiwa yang terjadi di medan perang,” tambahnya.

Kirby menyatakan para pejabat AS terus menekan Israel untuk melancarkan serangan mereka di Gaza secara hati-hati dan tepat sasaran.

“Jurnalis harus bisa bebas meliput konflik di seluruh dunia,” katanya, menambahkan bahwa serangan apa pun terhadap jurnalis tak dapat diterima.

Sementara itu berdasarkan penghitungan Komite untuk Perlindungan Jurnalis  (CPJ), jumlah jurnalis yang meninggal dunia mencapai 57 orang, dan menyebut para jurnalis di Gaza memiliki risiko yang sangat tinggi dalam melaksanakan tugas mereka.

“CPJ menekankan bahwa jurnalis adalah warga sipil yang melakukan pekerjaan penting selama masa krisis dan tidak boleh menjadi sasaran pihak-pihak yang bertikai,” kata Sherif Mansour, koordinator program CPJ di Timur Tengah dan Afrika Utara.

“Jurnalis di seluruh kawasan ini melakukan pengorbanan besar untuk meliput konflik yang memilukan ini. Masyarakat di Gaza, khususnya, telah menanggung dan terus menanggung kerugian yang belum pernah terjadi sebelumnya dan menghadapi ancaman yang sangat besar,” ujar Mansour.

Baca juga: Israel Kubur Warga Hidup-Hidup, Alquran Ungkap Perilaku Yahudi kepada Nabi Mereka

Israel telah membombardir Jalur Gaza dari udara dan darat, melakukan pengepungan, dan melancarkan serangan darat sebagai balasan atas serangan lintas batas yang dilancarkan kelompok pejuang Hamas Palestina, pada 7 Oktober.

Sedikitnya 19.453 warga Palestina, sebagian besar anak-anak dan perempuan, telah terbunuh dan 52.286 orang terluka akibat serangan Israel, menurut data otoritas kesehatan Gaza. 

photo
Israel kembali menggempur Jalur Gaza setelah berakhirnya gencatan senjata pada Jumat (1/12/2023) pagi. - (Tim Infografis Republika.co.id)

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement