REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Presiden Israel Isaac Herzog mengatakan, negaranya siap kembali memberlakukan jeda kemanusiaan di Jalur Gaza. Namun seperti sebelumnya, jeda tersebut harus diikuti dengan pembebasan sandera-sandera oleh Hamas.
“Saya dapat menegaskan kembali fakta bahwa Israel siap untuk jeda kemanusiaan lagi dan bantuan kemanusiaan tambahan untuk memungkinkan pembebasan sandera. Tanggung jawab sepenuhnya ada pada pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar dan kepemimpinan Hamas,” kata Herzog dalam pertemuan dengan duta besar dari 80 negara, Selasa (19/12/2023), dikutip Anadolu Agency.
Pada kesempatan itu, Herzog menegaskan, Israel tidak memerangi rakyat Palestina. Tapi hanya musuhnya, yakni Hamas. Belum ada komentar dari Hamas soal kesiapan Israel untuk kembali memberlakukan gencatan senjata kemanusiaan di Gaza.
Sementara itu, Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh diagendakan mengunjungi Mesir pada Rabu (20/12/2023). Dia disebut akan mengadakan pembicaraan mengenai gencatan senjata di Jalur Gaza dan pertukaran tahanan dengan Israel.
Seorang sumber yang dekat dengan Hamas mengungkapkan, dalam lawatannya ke Mesir, Haniyeh didampingi delegasi tingkat tinggi Hamas. Nantinya mereka akan melakukan pembicaraan dengan Kepala Badan Intelijen Umum Mesir Abbas Kamel dan pejabat lainnya.
“Mereka akan membahas menghentikan agresi dan perang guna mempersiapkan kesepakatan bagi pembebasan tahanan dan berakhirnya pengepungan yang diberlakukan di Jalur Gaza,” ujar sumber yang enggan dipublikasikan identitasnya tersebut, dikutip Al Arabiya, Selasa (19/12/2023).
Selain penghentian agresi, Haniyeh dan delegasinya disebut akan turut membahas tentang pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza. Selain itu, pulangnya para pengungsi di Gaza ke rumah mereka di wilayah utara dilaporkan bakal ikut didiskusikan.
Kunjungan Haniyeh ke Mesir akan menjadi yang kedua sejak pecahnya pertempuran di Gaza pada 7 Oktober 2023. Lawatan pertamanya ke Kairo terjadi pada awal November lalu. Selama ini Mesir dan Qatar telah menjadi mediator utama dalam perundingan antara Hamas dan Israel.
Pada 24 November hingga 1 Desember 2023 lalu, Israel dan Hamas sempat memberlakukan gencatan senjata kemanusiaan. Selama periode tersebut, kedua belah pihak melakukan pertukaran pembebasan tahanan dan sandera.
Hamas pun membebaskan 105 sandera. Mereka terdiri dari 80 warga Israel dan sisanya adalah warga asing. Sebagai imbalan atas pembebasan para sandera, Israel membebaskan 210 tahanan Palestina.
Pada 9 Desember 2023 lalu, Israel mengatakan, Hamas masih menahan 137 sandera di Gaza. Para sandera diculik Hamas ketika melakukan operasi infiltrasi ke Israel pada 7 Oktober 2023.
Sementara itu, Hamas menolak terlibat dalam negosiasi pembebasan sandera dengan Israel sebelum agresi di Jalur Gaza dihentikan total. Hamas pun menuntut Israel mengikuti persyaratan yang diajukannya.