REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Media Israel melaporkan karena melemahnya lalu lintas di Bandara Internasional Ben Gurion Israel, Otoritas Bandara memutuskan merumahkan 600 karyawannya. Otoritas Bandara memutuskan langkah tersebut setelah melakukan negosiasi dengan komite pekerja.
Situs web Ynet News versi bahasa Ibrani melaporkan langkah ini diambil setelah hampir semua maskapai penerbangan asing berhenti terbang ke Bandara Ben Gurion karena perang.
"600 karyawan akan ditempatkan cuti tanpa bayaran (dan) 1.000 lainnya akan dikurangi pekerjaan mereka hingga 75 persen dari pekerjaan mereka (saat ini)," kata surat kabar Israel tersebut dalam laporannya yang mengutip sumber-sumber resmi, seperti dikutip Palestine Chronicle, Rabu (20/12/2023).
Sementara itu, Perusahaan Penyiaran Israel (KAN) melaporkan jumlah pekerja di Bandara Ben Gurion adalah 4.600 karyawan. Setelah pemutusan hubungan kerja, jumlahnya akan dikurangi menjadi 3.000 orang.
Permintaan global untuk melakukan perjalanan ke Israel menurun signifikan sejak diluncurkannya operasi Banjir Al-Aqsa, dan perang Israel di Gaza.
Mayoritas perusahaan internasional menangguhkan penerbangan dari dan ke bandara Israel."Kami berharap cakupan aktivitas di Israel akan terus berkembang dan bahwa kami akan dapat membuat para pekerja kembali bekerja sesegera mungkin," kata Otoritas Bandara Israel dalam pernyataannya.
"Otoritas Bandara berharap bahwa perang tidak akan mempengaruhi fungsi bandara, tetapi harapan terpisah dari kenyataan," kata Ynet.
"Sumber-sumber industri mengatakan keputusan meliburkan para pekerja hanya dibuat dalam beberapa hari terakhir, setelah melihat harapannya adalah Bandara Ben Gurion tidak akan kembali beroperasi secara normal pada Januari," tambah Ynet dalam laporannya.
Ketua komite pekerja Pinchas Idan mengatakan kepada Ynet: "Saya berdoa agar perang akan berakhir sesegera mungkin dan pekerjaan akan kembali sepenuhnya. Kami melakukan hal yang benar, karena setelah Covid-19 kami menarik kesimpulan."