Kamis 21 Dec 2023 08:04 WIB

Korut tidak Ragu Gelar Serangan Nuklir Bila Diprovokasi

Peluncuran ini untuk mengukur kesiapan pasukan nuklir.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un bersama Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu
Foto: AP
Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un bersama Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong Un, mengatakan Pyongnyang tidak akan ragu meluncurkan serangan nuklir bila musuh memprovokasi dengan senjata nuklir. Pernyataan ini ia sampaikan saat bertemu tentara biro rudal militer dalam latihan peluncuran rudal balistik antar-benua (ICBM).

"Ia (Kim-RED) mengatakan aktivitas militer tegas yang dilaksanakan satuan saat ini merupakan penjelasan yang jernih atas mode serangan kontra-aksi dan evolusi strategi nuklir DPRK untuk tidak ragu dalam melakukan serangan nuklir saat musuh memprovokasinya dengan nuklir," kata kantor berita KCNA dalam laporannya, Selasa (21/12/2023).

Baca Juga

DPRK merupakan inisial nama resmi Korut, Republik Demokrasi Rakyat Korea. Pada Selasa (19/12/2023) lalu Korut mengatakan mereka menguji ICBM terbarunya pada Senin (18/12/2023).

Peluncuran ini untuk mengukur kesiapan pasukan nuklir menghadapi semakin agresifnya Amerika Serikat (AS). Washington dan sekutu-sekutunya di Asia mengecam peluncuran tersebut.

KCNA melaporkan Kim mengatakan peluncuran Senin lalu menunjukan mobilitas tinggi militer dan kemampuannya dalam melakukan serangan cepat. Ia juga menyerukan agar militer Korut memperkuat efisiensi tempurnya.

Dalam pernyataan terpisah, adik perempuannya, Kim Yo Jung, mengecam Dewan Keamanan PBB yang menggelar rapat atas peluncuran ICBM tersebut. Ia mengatakan peluncuran itu merupakan hak Korut untuk membela diri.

"Dewan Keamanan PBB seharusnya memberikan tanggung jawab berat pada perilaku tak bertanggung jawab dan aksi AS dan Korea Selatan, yang meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea melalui semua provokasi sepanjang tahun," katanya.

 

 

 

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement