Kamis 21 Dec 2023 14:46 WIB

PBB: Jumlah Korban di Gaza tak Bisa Diterima Atas Alasan Apa pun

PBB tetap mendorong tercetusnya genjatan senjata di Gaza

Rep: Mabruroh, Umar Mukhtar / Red: Nashih Nashrullah
Warga Gaza terluka di Nasser Hospital in Khan Yunis, Gaza Selatan.  PBB tetap mendorong tercetusnya genjatan senjata di Gaza
Foto: EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Warga Gaza terluka di Nasser Hospital in Khan Yunis, Gaza Selatan. PBB tetap mendorong tercetusnya genjatan senjata di Gaza

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Juru bicara PBB, Stephane Dujarric menyampaikan keprihatinan atas melonjaknya jumlah korban tewas di Jalur Gaza ketika pertempuran antara Israel dan kelompok Palestina Hamas berlanjut hingga hari ke-75 pada Rabu waktu setempat.

"Jumlahnya tidak dapat diterima dan sangat besar serta tidak jelas dan kata sifat apa pun yang ingin Anda gunakan selama beberapa waktu," kata Stephane Dujarric, dilansir Middle East Monitor, Kamis (21/12/2023).

Baca Juga

"Sekali lagi, kami ingin melihat gencatan senjata kemanusiaan. Kami ingin senjata tidak lagi digunakan karena kami dapat menjangkau masyarakat Gaza yang paling membutuhkan bantuan saat ini," katanya.

Dujarric yang merupakan juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga menekankan pentingnya membangun kembali jalur politik menuju solusi dua negara antara Israel dan Palestina.

Terkait tertundanya pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB mengenai resolusi yang mendesak penghentian permusuhan di Gaza untuk memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan, dia mengatakan pembahasan di dewan yang beranggotakan 15 orang itu terus berlanjut.

"Kami akan melihat apa yang dihasilkan dari diskusi mereka, bukan agar kami tidak ikut campur dalam diskusi yang menurut saya cukup intens. Posisi Sekretaris Jenderal tidak berubah. Dia menyerukan gencatan senjata kemanusiaan, dan juga menyerukan terciptanya kondisi di lapangan yang kondusif untuk pengiriman bantuan kemanusiaan yang lebih luas," tambahnya.

Soal apakah PBB adalah badan yang dapat dipercaya untuk memantau bantuan yang mengalir ke Gaza, dia mengatakan tidak akan masuk dalam diskusi yang sedang berlangsung di dewan karena betapa rumitnya hal tersebut.

"Apa yang dapat saya sampaikan kepada Anda adalah bahwa di seluruh dunia, PBB melakukan pekerjaan kemanusiaannya berdasarkan prinsip-prinsip ketidakberpihakan, dan hal itu terjadi di setiap sudut dunia dan kami akan terus melakukannya dengan cara yang sama," tambahnya.

Dewan Keamanan menunda pemungutan suara untuk hari ketiga berturut-turut setelah pengarahan tersebut. 

Baca juga: Ditanya Kristen Mengapa tak Lakukan Pembantaian di Yerusalem, Ini Jawaban Salahuddin

 

Israel telah membumihanguskan Jalur Gaza sejak serangan hamas 7 Oktober lalu. Serangan Israel telah menewaskan sedikitnya 19.667 orang Palestina, kebanyakan wanita dan anak-anak, dan melukai 52.586 lainnya, menurut otoritas kesehatan di kantong itu.

Serangan gencar Israel telah meninggalkan Gaza dalam reruntuhan dengan setengah dari persediaan perumahan wilayah pesisir rusak atau hancur, dan hampir 2 juta orang mengungsi di dalam kantong berpenduduk padat di tengah kekurangan makanan dan air bersih.

Hampir 1.200 orang Israel diyakini telah terbunuh dalam serangan Hamas, sementara lebih dari 130 orang menjadi sandera.

 

Sumber: trtworld

photo
Israel kembali menggempur Jalur Gaza setelah berakhirnya gencatan senjata pada Jumat (1/12/2023) pagi. - (Tim Infografis Republika.co.id)

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement