Jumat 22 Dec 2023 12:33 WIB

Netanyahu Bersumpah akan Terus Gempur Gaza Sampai Hamas Musnah

Netanyahu akan lakukan apapun untuk pastikan Gaza tidak menjadi ancaman bagi Israel.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Kamis (21/12/2023) menegaskan bahwa pemerintahnya tidak akan menghentikan perang di Gaza sampai target-target Israel tercapai.
Foto: EPA-EFE/MENAHEM KAHANA
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Kamis (21/12/2023) menegaskan bahwa pemerintahnya tidak akan menghentikan perang di Gaza sampai target-target Israel tercapai.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Kamis (21/12/2023) menegaskan bahwa pemerintahnya tidak akan menghentikan perang di Gaza sampai target-target Israel tercapai. Salah satunya adalah musnahnya Hamas.

"Saya akan melakukan apa pun yang saya bisa untuk memastikan bahwa Gaza tidak menjadi ancaman bagi Israel, baik oleh Hamas ataupun Fatah," kata Netanyahu di televisi, seperti dikutip surat kabar Israel, Haaretz.

Baca Juga

Pernyataan Netanyahu itu mengacu pada sikapnya yang menolak membiarkan Gaza dikuasai Hamas maupun Otoritas Palestina pada periode pascaperang.

Netanyahu juga menekankan target-target yang dicanangkan negara Israel dalam berperang di Gaza. "Hamas dimusnahkan dan semua sandera dibebaskan."

Kelompok Hamas dan Otoritas Palestina belum berkomentar soal pernyataan Netanyahu itu.

Israel terus melancarkan gempuran ke Jalur Gaza sejak Hamas melakukan serangan ke Israel pada 7 Oktober.

Otoritas kesehatan di Gaza mengatakan serangan-serangan Israel sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 19.667 warga Palestina, yang sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak, serta melukai 52.586 lainnya.

Pembantaian oleh Israel menyebabkan setengah dari persediaan perumahan di Gaza rusak atau hancur dan hampir dua juta warga terpaksa mengungsi di wilayah itu, yang padat penduduk serta sedang kekurangan makanan dan air bersih.

Sementara itu, sekitar 1.200 warga Israel diyakini tewas dalam serangan Hamas 7 Oktober dan hampir 130 lainnya masih berada dalam penyanderaan.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement