Jumat 22 Dec 2023 13:39 WIB

Perempuan Staf Medis di RS Al-Awda di Gaza Gugur Ditembak Penembak Jitu Israel

Hanya sembilan dari 36 RS di Gaza yang berfungsi sebagian.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Setyanavidita livicansera
Warga Palestina melihat asap mengepul dari ruang pasien menyusul serangan Israel terhadap bangsal bersalin di Rumah Sakit Nasser di kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Ahad (17/12/2023).
Foto: AP Photo/Mohammed Dahman
Warga Palestina melihat asap mengepul dari ruang pasien menyusul serangan Israel terhadap bangsal bersalin di Rumah Sakit Nasser di kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Ahad (17/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Penembak jitu Israel menembak mati seorang perempuan yang bekerja sebagai staf medis di Rumah Sakit (RS) Al-Awda di Jalur Gaza utara, Kamis (21/12/2023) malam waktu setempat. RS tersebut telah dikepung pasukan Israel selama beberapa hari terakhir.

Dilaporkan Anadolu Agency, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Gaza mengungkapkan, orang-orang yang berada di RS Al-Awda tak dibiarkan mengakses air, makanan, dan obat-obatan. Kemenkes Gaza menyebut, pasukan Israel telah mengubah RS tersebut menjadi barak militer.

Baca Juga

Juru Bicara Kemenkes Gaza Ashraf al-Qudra mengatakan, pasukan Israel menahan 240 warga Palestina, termasuk 80 staf medis, 40 pasien, dan 120 pengungsi di dalam RS Al-Awda. Dia mengungkapkan, orang-orang di dalam RS tidak memiliki air, makanan, dan obat-obatan. Pasukan Israel mencegah pergerakan antar-unit di dalam RS.

Sementara itu, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mendesak agar pembantaian di Jalur Gaza dihentikan. “Saya sudah tidak bisa menghitung berapa kali saya berpikir krisis di Gaza tidak akan menjadi lebih mengerikan lagi. Tapi itu terjadi lagi,” kata Ghebreyesus lewat akun X (Twitter) resminya, Kamis kemarin.

Dia mengungkapkan, jumlah korban jiwa dan luka di Gaza dalam pertempuran hanya dalam dua bulan sangat mengerikan. “Kengerian yang tidak ada habisnya bagi mereka yang terjebak dalam apa yang telah menjadi neraka di Bumi,” ucapnya seraya menambahkan bahwa rata-rata sekitar 300 orang terbunuh setiap harinya di Gaza sejak pecahnya perang pada 7 Oktober 2023. “Pembantaian harus dihentikan. Kita membutuhkan gencatan senjata sekarang!” kata Ghebreyesus.

Dia turut menyoroti krisis yang dihadapi sistem layanan kesehatan di Gaza. Ghebreyesus mengatakan, hanya sembilan dari 36 RS di Gaza yang berfungsi sebagian. Sementara di wilayah utara Gaza, sistem layanan kesehatan benar-benar telah lumpuh.

Sejauh ini, agresi Israel ke Gaza telah membunuh 20 ribu warga Gaza. Lebih dari 14 ribu di antaranya merupakan perempuan dan anak-anak. Sementara korban luka sudah menembus angka 52 ribu orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement