Sabtu 23 Dec 2023 21:27 WIB

Houthi Serukan Negara OKI Ikuti Jejak Keberanian Malaysia Larang Kapal Israel 

Houthi berjanji akan terus blokade kapal Israel

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nashih Nashrullah
Seorang warga Yaman melewati spanduk bergambar bendera Israel dan AS di dek kapal kargo Galaxy Leader, yang disita oleh Houthi di lepas pantai pelabuhan Al-Salif di Laut Merah di provinsi Hodeidah, Yaman, Selasa (5/12/2023).
Foto: EPA-EFE/YAHYA ARHAB
Seorang warga Yaman melewati spanduk bergambar bendera Israel dan AS di dek kapal kargo Galaxy Leader, yang disita oleh Houthi di lepas pantai pelabuhan Al-Salif di Laut Merah di provinsi Hodeidah, Yaman, Selasa (5/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA – Kelompok Houthi Yaman menyerukan negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mencontoh Malaysia dan ikut melarang kapal kargo Israel berlabuh di pelabuhan-pelabuhan mereka. Houthi diketahui telah melancarkan serangan udara terhadap kapal-kapal milik Israel atau menuju pelabuhan Israel di Laut Merah.

“Operasi angkatan laut Yaman tidak menjadi sumber kekhawatiran bagi siapa pun kecuali entitas Zionis yang mendorongnya untuk menghentikan agresinya dan menghentikan pengepungannya terhadap Gaza, dan seluruh dunia harus mengambil posisi ini dan tidak membiarkan entitas ini melampaui batas, melanggar semua nilai-nilai dan kesucian,” kata Juru Bicara Houthi Mohammed Abdulsalam, dikutip laman Middle East Monitor, Jumat (22/12/2023).

Baca Juga

Dia secara khusus memuji langkah yang diambil Malaysia dalam melarang kapal-kapal Israel berlabuh di pelabuhan negaranya sebagai bentuk protes atas agresi ke Jalur Gaza. Abdulsalam mengingatkan kembali bahwa Israel telah melanggar hukum internasional dengan melakukan pembantaian terhadap penduduk Palestina di Gaza. 

Malaysia telah melarang kapal kargo berbendera Israel untuk berlabuh di pelabuhannya. Larangan itu diberlakukan sebagai bentuk protes Negeri Jiran atas agresi Israel di Jalur Gaza.

“Pemerintah Malaysia memutuskan untuk memblokir dan melarang perusahaan pelayaran ZIM yang berbasis di Israel untuk berlabuh di pelabuhan mana pun di Malaysia,” kata Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim dalam sebuah pernyataan yang dirilis Rabu (20/12/2023) lalu. 

Baca juga: Uni Eropa Siap Gabung dalam Koalisi Maritim Bentukan Amerika Serikat di Laut Merah

ZIM adalah perusahaan pelayaran terbesar Israel. Pada 2002 silam, kabinet pemerintahan Malaysia mengizinkan ZIM untuk menyandarkan kapalnya di pelabuhan-pelabuhan di negara tersebut.

Anwar Ibrahim, yang sejak 7 Oktober 2023 telah berulang kali mengutuk agresi Israel di Gaza, memutuskan mencabut izin berlabuh bagi kapal-kapal ZIM. “(Malaysia) juga memutuskan untuk tidak lagi menerima kapal berbendera Israel untuk berlabuh di negara ini,” ucap Anwar.

Selain itu Anwar mengatakan...

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement