REPUBLIKA.CO.ID, BETLEHEM— Tak ada perayaan dan kemeriahan Natal di Betlehem, Tepi Barat, tahun ini. Pada tahun-tahun sebelumnya, Natal biasanya dirayakan dengan meriah dan penuh sukacita di Betlehem. Sebab umat Kristiani meyakini, Yesus Kristus dilahirkan di kota tersebut.
Dilaporkan al-Arabiya, para pemimpin gereja di Betlehem telah memutuskan untuk tidak merayakan Natal dengan “kemeriahan yang tidak perlu”. Bahkan pohon-pohon Natal yang biasanya menghiasi jalanan di kota tersebut, kini tak tampak lagi. Hal itu dilakukan sebagai bentuk solidaritas mereka kepada warga di Jalur Gaza.
Pada Ahad (24/12/2023) atau sehari sebelum Natal dirayakan, Israel terus meluncurkan serangan udara ke seluruh Gaza. Pasukan Israel menembakkan peluru tajam langsung ke sekelompok warga di selatan Kota Gaza, ketika mereka mencoba untuk kembali ke rumah mereka di Jalur Gaza utara. Beberapa dari mereka terluka akibat penembakan tersebut.
Israel mengebom lahan pertanian di kamp pengungsi Nuseirat di Jalur Gaza tengah. Sejumlah warga terluka akibat serangan tersebut. Namun terdapat beberapa warga lain yang terbunuh. Sumber-sumber lokal melaporkan bahwa artileri Israel juga membombardir rumah-rumah warga sipil di sebelah timur Deir al-Balah di Jalur Gaza tengah.
Di Jalur Gaza selatan, setidaknya tiga warga terbunuh dalam pengeboman Israel di sekitar Sekolah Al Awda, sebelah timur Khan Younis. Sejumlah orang juga tewas dan terluka dalam pemboman Israel di Old Crescent Street di Khan Younis.
Dalam pidato ucapan Natal-nya, Presiden Palestina Mahmoud Abbas berharap Natal tahun ini dapat mengakhiri agresi dan serangan Israel, tidak hanya di Gaza, tapi di seluruh wilayah Palestina yang diduduki. Abbas meyakini akan tiba waktunya Palestina menjadi negara merdeka dan berdaulat dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya.
“Sungai darah, pengorbanan yang luar biasa, kesulitan, dan ketangguhan heroik rakyat kita di tanah airnya adalah jalan menuju kebebasan dan martabat,” ujar Abbas, dikutip laman kantor berita Palestina, WAFA, Ahad lalu.
Abbas memberikan penghormatan penuh kepada warga Palestina yang gugur akibat serangan Israel. Dia pun mendoakan mereka yang terluka agar segera pulih.
Abbas menegaskan, rakyat Palestina bertekad terus melanjutkan perjuangannya untuk memperoleh hak-hak sah mereka. Terutama hak atas negara yang merdeka dan berdaulat penuh.
Sedikitnya 20.400 penduduk Gaza telah terbunuh sejak Israel memulai agresinya pada 7 Oktober 2023. Sementara korban luka melampaui 54 ribu orang.
Dalam serangannya ke Gaza, Israel berulang kali menargetkan infrastruktur sipil, termasuk gereja. Pada 19 Oktober 2023, misalnya, Israel mengebom Gereja Santo Porfiri.
Gereja tersebut merupakan salah satu gereja tertua di dunia yang dibangun antara tahun 1150 dan 1160-an. Serangan udara Israel ke gereja tersebut membunuh sedikitnya 18 orang.
Baca juga: Alquran Abadikan Tingkah Laku Yahudi yang Bodoh tapi Berlagak Pintar
Serangan ke Gereja Santo Porfiri memantik reaksi keras dari dunia internasional. Hal itu karena ketika dibom Israel, gereja tersebut tengah menampung warga Gaza yang sedang berlindung.
Menurut Aid to the Church in Need (ACN), di antara para korban meninggal, terdapat beberapa pemuda yang merupakan bagian dari “Proyek Penciptaan Lapangan Kerja” bagi pemuda Kristen, yang dijalankan oleh Patriarkat Latin Yerusalem.
Pemboman Gereja Santo Porfiri dikutuk keras oleh Dewan Gereja Dunia (WCC). “Kami mengutuk serangan yang tidak masuk akal terhadap kompleks suci ini dan menyerukan kepada komunitas dunia untuk menegakkan perlindungan di Gaza terhadap tempat-tempat perlindungan, termasuk rumah sakit, sekolah, dan rumah ibadah,” ujar Sekretaris Jerry Pillay, dikutip laman Vatican News.