REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Hamas mengatakan pada Senin (25/12) bahwa mereka menolak jeda sementara dan berupaya menghentikan serangan Israel di Jalur Gaza secara permanen.
"Rakyat kami menginginkan agresi ini diakhiri secara permanen, bukan jeda sementara," kata Hamas dalam sebuah pernyataan.
Kelompok perlawanan tersebut mengatakan bahwa mereka tidak akan melakukan perundingan pertukaran sandera dengan Israel kecuali "agresi tersebut benar-benar dihentikan".
Dalam perkembangan lainnya, Hamas membantah laporan media yang mengutip sumber keamanan Mesir bahwa kelompok tersebut dan gerakan Jihad Islam telah menolak usulan Mesir untuk menyerahkan kekuasaan di Gaza dengan imbalan gencatan senjata permanen.
Mesir, bersama dengan Qatar, membantu memediasi gencatan senjata selama seminggu pada bulan November di mana Hamas membebaskan lebih dari 100 sandera dengan imbalan 240 tahanan Palestina (yang ditahan di Israel).
Hamas dan kelompok lainnya masih menyandera hampir 130 orang. Hamas telah berulang kali menolak pembicaraan mengenai kesepakatan penyanderaan dengan Israel sebelum gencatan senjata total di Jalur Gaza dan penarikan pasukan Israel dari wilayah kantong yang terkepung tersebut.
Israel telah menggempur Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober, menewaskan sedikitnya 20.674 warga Palestina yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai 54.536 lainnya, menurut otoritas kesehatan lokal. Sementara sekitar 1.200 warga Israel diyakini tewas dalam serangan Hamas.
Serangan gencar Israel telah menyebabkan kehancuran di Gaza, dengan setengah dari perumahan di wilayah pesisir rusak atau hancur dan hampir dua juta orang mengungsi di wilayah padat penduduk tersebut di tengah kekurangan makanan dan air bersih.