Korsel telah menggelontorkan 200 miliar dolar AS (sekira Rp 3,09 kuadriliun) dalam 16 tahun terakhir untuk mengatasi krisis populasi, tetapi ironisnya, jumlah kelahiran baru justru terus menurun.
Dalam laporannya baru-baru ini, Forum Ekonomi Dunia memperingatkan jika tren kelahiran rendah ini terus berlanjut, populasi Korse diperkirakan akan menyusut separuhnya pada akhir abad ini.
Tingkat kelahiran Korsel terus merosot dengan hanya 249.000 bayi yang lahir pada 2022. Angka itu merupakan rekor terendah dalam tiga tahun berturut-turut, yang memicu penurunan populasi sebesar 4,4 persen dari rekor terendah sebelumnya pada 2021, menurut Statistik Korea.
Data tahun lalu menunjukkan bahwa rata-rata perempuan di negara itu melahirkan anak pertama pada usia 33 tahun, anak kedua pada usia 34,2 tahun dan anak ketiga pada usia 35,6 tahun.
Berbeda dengan Korsel, Indonesia justru tengah menghadapi bonus demografi dimana jumlah penduduk usia produktif akan lebih besar dari nonproduktif (lansia). Diperkirakan puncak bonus demografi akan terjadi pada 2030-2040.