Selasa 26 Dec 2023 20:06 WIB

Ketegangan Meluas ke Irak, Amerika Serikat Balas Serangan Milisi yang Didukung Iran

Amerik Serikat bersitegang dengan Kataib Hizbullah yang didukung Iran di Irak

Rep: Lintar Satria / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi militer Amerika Serikat. Amerik Serikat bersitegang dengan Kataib Hizbullah yang didukung Iran di Irak
Foto: AP
Ilustrasi militer Amerika Serikat. Amerik Serikat bersitegang dengan Kataib Hizbullah yang didukung Iran di Irak

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Militer Amerika Serikat (AS) mengatakan mereka menggelar serangan udara balasan ke Irak setelah serangan drone satu arah milisi yang didukung Iran satu harinya sebelumnya melukai tiga orang personel militer Amerika Serikat. Satu dalam keadaan kritis. 

Aksi saling serang ini menunjukkan bagaimana perang Israel-Hamas di Gaza mulai menyebar ke seluruh Timur Tengah. Mendorong pasukan Amerika Serikat di Irak dan Suriah menjadi target serangan. 

Baca Juga

Kelompok di Irak dan Suriah yang didukung Iran menentang operasi militer Israel ke Gaza. Mereka menganggap Amerika Serikat juga bertanggung jawab atas serangan tersebut. 

Militer Amerika Serikat mengatakan Presiden Joe Biden memerintahkan mereka untuk menggelar serangan di Irak pada pukul 01.45 waktu Greenwich. Militer mengatakan tampaknya serangan itu menewaskan "sejumlah anggota milisi Kataib Hizbullah" dan menghancurkan beberapa fasilitas yang digunakan kelompok tersebut. 

"Serangan-serangan ini bertujuan untuk meminta bertanggung jawab elemen-elemen yang bertanggung jawab langsung atas serangan-serangan pada pasukan koalisi di Irak dan Suriah dan menurunkan kemampuan mereka melanjutkan serangan, kami selalu melindungi pasukan kami," kata kepala Komando Pusat Amerika Serikat Jenderal Michael Erik Kurilla dalam pernyataannya, Senin (25/12/2023). 

Pangkalan Amerika Serikat di Erbil, Irak, menampung pasukan-pasukan Amerika Serikat yang diserang dalam serangan drone satu arah. Serangan itu menambah korban luka dari pihak Amerika Serikat. Pangkalan tersebut sudah berulang kali diserang.

Kantor berita Reuters melaporkan pada 26 Oktober lalu barak di pangkalan Erbil juga dihantam serangan drone satu arah. Drone tersebut berhasil menembus pertahanan udara, tapi gagal meledak.

Pentagon tidak mengungkapkan detail tentang anggota personelnya yang terluka parah atau ringan dalam serangan terbaru. Militer juga tidak mengungkapkan bagaimana drone dapat menembus pertahanan udara pangkalan mereka. 

"Doa saya untuk orang Amerika berani yang terluka," kata Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin dalam pernyataannya. 

Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih mengatakan Biden menerima pengarahan mengenai serangan tersebut dan memerintahkan Pentagon menyiapkan respon terhadap siapa pun yang bertanggung jawab. 

"Presiden menempatkan perlindungan personel Amerika yang dalam bahaya ke prioritas tertinggi. Amerika Serikat akan bertindak pada saat dan cara yang kami pilih bila serangan ini berlanjut," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih Adrienne Watson.

Baca juga: Alquran Abadikan Tingkah Laku Yahudi yang Bodoh tapi Berlagak Pintar

Namun belum diketahui apakah serangan balasan terbaru Amerika Serikat akan mencegah serangan ke pasukan Amerika Serikat di masa depan. Kehadiran pasukan Amerika Serikat di Irak dan Suriah bertujuan untuk mencegah kebangkitan ISIS di dua negara itu. 

Militer Amerika Serikat sudah diserang setidaknya 100 kali di Irak dan Suriah sejak perang Israel-Hamas pecah Oktober lalu. Biasanya serangan campuran antara roket dan drone satu arah.

Kedutaan Besar Amerika Serikat di komplek zona hijau di Baghdad juga diserang dengan tembakan mortir pada Desember lalu dalam serangan pertama selama lebih dari satu tahun. Serangan-serangan terjadi satu pekan setelah Austin pulang dari kunjungan ke Timur Tengah. 

Dalam kunjungan tersebut Menteri Pertahanan Amerika Serikat itu fokus membendung upaya kelompok-kelompok yang didukung Iran memperluas perang Israel-Hamas ke seluruh kawasan.

Amerika Serikat juga membentuk koalisi maritim untuk melindungi jalur perdagangan Laut Merah setelah kelompok Houthi dari Yaman menggelar serangan ke kapal-kapal komersial.

Pada Kamis (21/12/2023) lalu Pentagon mengatakan lebih dari 20 negara sepakat bergabung dalam koalisi yang dipimpin Amerika Serikat yang disebut Operasi Perlindungan Kemakmuran.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement