Rabu 27 Dec 2023 14:45 WIB

Korsel Sudah Gelontorkan Rp 3,08 Kuadriliun, Angka Kelahiran Anak Belum Juga Naik

Korsel memiliki angka kelahiran terendah di dunia.

Seo Ji Seong, kanan, suaminya Kim Dong Uk, anak-anak mereka dan seekor anjing terlihat setelah wawancara di rumah mereka di Anyang, Korea Selatan, Minggu, 9 Oktober 2022. Banyak anak muda di Korea Selatan memilih untuk tidak menikah atau memiliki anak, dengan alasan perubahan pandangan terhadap pernikahan dan kehidupan keluarga serta ketidakpastian masa depan mereka.
Foto: AP Photo/Lee Jin-man
Seo Ji Seong, kanan, suaminya Kim Dong Uk, anak-anak mereka dan seekor anjing terlihat setelah wawancara di rumah mereka di Anyang, Korea Selatan, Minggu, 9 Oktober 2022. Banyak anak muda di Korea Selatan memilih untuk tidak menikah atau memiliki anak, dengan alasan perubahan pandangan terhadap pernikahan dan kehidupan keluarga serta ketidakpastian masa depan mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol pada Selasa (26/12/2023) menyerukan "tekad luar biasa" untuk mengatasi penurunan angka kelahiran di negaranya.

"Waktunya semakin singkat. Saya berharap setiap lembaga pemerintah menangani masalah rendahnya angka kelahiran dengan tekad yang luar biasa," kata Kantor Berita Yonhap News yang berbasis di Seoul, mengutip pernyataan Yoon kepada kabinetnya.

Baca Juga

Mendesak para pejabat untuk mengatasi masalah tersebut dari "perspektif yang berbeda secara fundamental," Yoon menyerukan "solusi efektif" terhadap angka kelahiran yang menurun, mengingat bahwa Korsel memiliki angka kelahiran terendah di dunia.

Penurunan populasi yang terus menerus telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pengambil kebijakan karena tingkat kesuburan negara itu tercatat pada level terendah 0,7 pada kuartal ketiga tahun ini.

"Angka tersebut jauh di bawah tingkat penggantian sebesar 2,1, yang diperlukan untuk menjaga stabilitas populasi di angka 51 juta jiwa," menurut laporan kantor berita tersebut.

Mengacu pada "persaingan yang ketat" di bidang seperti pendidikan sebagai salah satu penyebab menurunnya angka kelahiran, Yoon mengatakan: "Masalah rendahnya angka kelahiran mengharuskan kita untuk menangani situasi ini dengan lebih serius dan memikirkan penyebab sekaligus solusi dari dimensi yang berbeda dari sebelumnya."

Korsel mengalami penurunan jumlah kelahiran baru meskipun telah mengeluarkan dana sekitar 200 miliar dolar AS (sekitar Rp 3,08 kuadriliun) selama 16 tahun terakhir untuk mendorong pertumbuhan penduduk.

Dalam laporannya baru-baru ini, Forum Ekonomi Dunia mengingatkan bahwa jika angka kelahiran yang rendah saat ini terus berlanjut, maka jumlah kelahiran di negara Asia Timur itu "akan berkurang setengah dari angka kelahiran saat ini pada akhir abad ini."

Korsel memiliki tingkat kelahiran yang rendah sepanjang masa selama tiga tahun berturut-turut pada 2022, dengan hanya 249 ribu bayi yang lahir di negara itu, yang menyebabkan penurunan populasi sebesar 4,4 persen dari rekor terendah sebelumnya pada 2021, menurut Statistics Korea.

Data tersebut menunjukkan rata-rata perempuan melahirkan anak pertamanya pada usia 33 tahun pada tahun lalu, disusul 34,2 dan 35,6.

sumber : Antara/Anadolu
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement