Sabtu 30 Dec 2023 21:57 WIB

Warga Israel di Jerman Demo Tuntut Perang di Gaza Dihentikan

Hamas menolak negosiasi pembebasan sandera sebelum agresi dihentikan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Lida Puspaningtyas
Aksi Demontrasi penolakan terhadap tindakan Israel di Palestina.
Foto: DPR RI
Aksi Demontrasi penolakan terhadap tindakan Israel di Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN – Puluhan warga Israel di Jerman menggelar demonstrasi menuntut perang di Jalur Gaza segera dihentikan, Jumat (29/12/2023). Mereka menyerukan gencatan senjata segera diberlakukan di wilayah tersebut.

Dilaporkan Anadolu Agency, sekitar 60 warga Israel menyuarakan aspirasinya di depan gedung Kementerian Luar Negeri Jerman. Mereka membentangkan sejumlah spanduk bertuliskan “Perdamaian itu mungkin”, “Israel menentang pembersihan etnis”, “Hentikan pembantaian di Gaza”, “Hak asasi manusia untuk semua”, dan “Hanya perdamaian yang dapat membawa keamanan, bukan solusi militer”.

Baca Juga

Selain itu, massa juga menuntut agar Hamas segera membebaskan semua orang yang masih mereka sandera di Gaza. Pada Jumat kemarin, delegasi tingkat tinggi Hamas dilaporkan telah tiba di Kairo. Mereka hendak mengikuti perundingan gencatan senjata dengan Israel yang dimediasi oleh Mesir.

Dilaporkan laman Al Arabiya, seorang pejabat Hamas yang enggan dipublikasikan identitasnya mengungkapkan, dalam pertemuan di Kairo, delegasi Hamas akan memberikan tanggapan dari faksi-faksi Palestina, termasuk beberapa pengamatan mengenai proposal Mesir. Proposal tersebut mengatur pembentukan pemerintahan teknokrat Palestina, setelah melalui pembicaraan dengan semua faksi Palestina, yang akan bertanggung jawab mengatur dan membangun kembali Gaza pasca perang.

“(Hamas juga) mencari penarikan militer Israel sepenuhnya (dari Gaza),” ujar pejabat Hamas tersebut.

Terkait proposal yang diajukan kepada Hamas dan kelompok Jihad Islam, Kepala Layanan Informasi Negara Mesir Dia Rashwan mengungkapkan, rencana dalam proposal itu dimaksudkan untuk menyatukan pandangan semua pihak terkait.

“Dengan tujuan mengakhiri pertumpahan darah warga Palestina,” ucapnya.

Sebelumnya Rashwan menyampaikan bahwa Mesir sedang menunggu tanggapan atas usulan tersebut dari pihak-pihak yang terlibat. Dia mengatakan, Kairo akan memberikan rincian tentang rencana tersebut setelah tanggapan tersebut diterima.

Terkait perundingan di Kairo, pada Kamis (28/12/2023) lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, saat ini pemerintahannya sedang menjalin kontak untuk membebaskan warga Israel yang masih disandera Hamas.

“Kami masih dalam kontak sampai momen ini. Situasinya tidak dapat dijelaskan secara rinci, dan kami berupaya memulihkan semuanya,” kata Netanyahu dalam pertemuan dengan keluarga para sandera, dikutip laman Middle East Monitor.

Netanyahu tak menjelaskan lebih detail tentang sifat kontak tersebut. Namun negosiasi antara Israel dan Hamas biasanya dijembatani oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat (AS). Pada Kamis lalu, keluarga dari orang-orang yang masih disandera Hamas menggelar aksi unjuk rasa. Mereka menyerukan dan mendesak pemerintahan Netanyahu untuk segera membebaskan mereka.

Menurut statistik Israel, Hamas menculik sekitar 239 orang ketika mereka melakukan operasi infiltrasi ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu. Pada 24 November hingga 1 Desember 2023 lalu, Israel dan Hamas sempat memberlakukan gencatan senjata kemanusiaan.

Selama periode tersebut, kedua belah pihak melakukan pertukaran pembebasan tahanan dan sandera. Hamas membebaskan 105 sandera. Mereka terdiri dari 80 warga Israel dan sisanya adalah warga asing. Sebagai imbalan atas pembebasan para sandera, Israel membebaskan 210 tahanan Palestina.

Pada 9 Desember 2023 lalu, Israel mengatakan Hamas masih menahan 137 sandera di Gaza. Sementara itu Hamas menolak terlibat dalam negosiasi pembebasan sandera dengan Israel sebelum agresi di Jalur Gaza dihentikan total. Hamas pun menuntut Israel mengikuti persyaratan yang diajukannya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement