Ahad 31 Dec 2023 22:52 WIB

Houthi Kembali Mengintai, Maersk Tahan Pengiriman Via Laut Merah

Houthi menyerang kapal kargo Maersk yang melintasi Laut Merah.

Peti kemas Maersk. Militan Houthi yang didukung Iran menyerang kapal kontainer Maersk dengan rudal dan perahu kecil di Laut Merah.
Foto: AP Photo
Peti kemas Maersk. Militan Houthi yang didukung Iran menyerang kapal kontainer Maersk dengan rudal dan perahu kecil di Laut Merah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Militan Houthi yang didukung Iran menyerang kapal kontainer Maersk dengan rudal dan perahu kecil. Maersk dalam pernyataan Ahad (31/12/2023) mengungkapkan menghentikan semua pelayaran melalui Laut Merah.

Maersk, salah satu pengirim kargo terbesar di dunia, mengatakan bahwa pihaknya akan menunda semua transit melalui wilayah tersebut selama 48 jam. Keputusan itu diambil setelah Maersk Hangzhou dihantam oleh rudal sekitar pukul 17.30 GMT pada hari Sabtu (30/12/2023), 55 mil laut barat daya Al Hodeidah, Yaman.

Baca Juga

Awak kru Maersk Hangzhou selamat dan tidak ada indikasi kebakaran di atas kapal. Kapal tersebut dapat bermanuver dan melanjutkan perjalanannya ke utara menuju Port Suez, kata Maersk.

Serangan itu adalah yang terbaru yang dilakukan militan Houthi di Yaman. Mereka menargetkan kapal-kapal di Laut Merah untuk menunjukkan dukungan mereka terhadap kelompok Islam Palestina Hamas yang memerangi Israel di Gaza.

Serangan-serangan tersebut telah mengganggu perdagangan dunia. Perusahaan-perusahaan pelayaran besar mengambil rute yang lebih panjang dan mahal di sekitar Tanjung Harapan di Afrika dibandingkan melalui Terusan Suez.

Laut Merah adalah pintu masuk kapal-kapal yang menggunakan Terusan Suez. Terusan ini menangani sekitar 12 persen perdagangan global dan penting untuk pergerakan barang antara Asia dan Eropa.

Amerika Serikat (AS) meluncurkan Operation Prosperity Guardian pada 19 Desember, dan mengatakan lebih dari 20 negara telah setuju untuk berpartisipasi dalam upaya melindungi kapal-kapal di perairan Laut Merah dekat Yaman.

Maersk mengatakan pada 24 Desember bahwa pihaknya akan melanjutkan pelayaran melalui Laut Merah. Namun, serangan terus berlanjut dan sekutu AS terbukti enggan berkomitmen pada koalisi. Hampir setengahnya tidak menyatakan kehadiran mereka secara terbuka.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement