REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Sekalipun dikecam oleh berbagai negara termasuk Amerika Serikat (AS), Israel diam-diam menggelar pembicaraan dengan Kongo dan sejumlah negara mengenai peluang menerima imigran Palestina dari Gaza, lapor laman harian Times of Israel pada Rabu, (3/1/2024).
"Kongo akan bersedia menerima imigran dan kami sedang menggelar pembicaraan dengan negara-negara lain," kata seorang pejabat teras dalam kabinet keamanan Israel kepada analis politik Shalom Yerushalmi dari laman berita Zman Yisrael. Yerushalmi lalu mengutipkan kalimat Menteri Intelijen Gila Gamliel di depan anggota parlemen Israel, Knesset, pada Selasa (2/1/2024).
“Pada akhirnya, pemerintahan Hamas akan runtuh, tidak ada pemerintahan di sana, penduduk sipil bakal sepenuhnya tergantung kepada bantuan kemanusiaan. Tak akan ada lapangan kerja, dan 60 persen lahan pertanian Gaza akan menjadi zona penyangga keamanan," kata Gamliel.
"Masalah Gaza bukan hanya masalah kita (Israel). Dunia harus mendukung imigrasi kemanusiaan, karena itulah satu-satunya solusi yang saya tahu," kata Gamliel.
Beberapa jam sebelumnya, kantor berita Anadolu melaporkan, AS menolak pernyataan tidak bertanggung jawab yang disampaikan dua menteri Israel yang ingin memindahkan paksa penduduk Palestina dari Gaza. "AS menolak pernyataan Menteri Israel Bezalel Smotrich dan Itamar Ben Gvir yang menganjurkan pemindahan warga Palestina ke luar Gaza," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller pada Selasa waktu setempat.
"Retorika ini menghasut dan tidak bertanggung jawab. Kami dengan terang benderang, konsisten dan tegas menyatakan Gaza adalah tanah Palestina dan akan tetap menjadi tanah Palestina," tegas Miller.