REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Saat mengungkapkan keprihatinan atas serangan terhadap kapal komersial di Laut Merah, China mengaitkan ketegangan yang masih berlangsung di jalur laut yang sibuk itu dengan perang di Gaza, daerah kantong Palestina yang terkepung yang telah didera serangan Israel sejak 7 Oktober.
"Ketegangan yang terjadi saat ini di Laut Merah merupakan salah satu manifestasi dari dampak lanjutan dari konflik di Gaza," kata Duta Besar Geng Shuang dalam pengarahan Dewan Keamanan PBB tentang Laut Merah pada Rabu (3/1/2023).
"Hanya dengan mencapai gencatan senjata lebih awal di Gaza dan meredakan krisis kemanusiaan di lapangan, kita dapat mencegah eskalasi lebih lanjut di Laut Merah dan mencegah wilayah lain di Timur Tengah terlibat dalam konflik dan perang," kata Geng, deputi perwakilan permanen China di PBB.
Dia menambahkan bahwa Beijing "berkomitmen untuk bekerja sama dengan semua pihak dalam melakukan upaya tanpa henti untuk mendorong deeskalasi di Laut Merah, penyelesaian politik masalah Yaman, penghentian permusuhan di Gaza, dan perdamaian serta stabilitas jangka panjang di Timur Tengah."
Pemberontak Houthi Yaman telah secara signifikan meningkatkan keterlibatan mereka dalam konflik yang terjadi antara Israel-Palestina di Jalur Gaza dengan menargetkan kapal-kapal yang berlayar di Laut Merah Selatan.
Kelompok itu memperingatkan bahwa mereka akan menyerang semua kapal yang menuju ke Israel. Mereka mengatakan serangan itu adalah untuk mendukung Palestina saat mereka menghadapi "agresi dan pengepungan" oleh Israel di Gaza.
Sedikitnya 22.313 warga Palestina sejak saat itu telah tewas dan 57.296 orang lainnya luka-luka, menurut otoritas kesehatan Gaza, sementara hampir 1.200 warga Israel diyakini telah tewas dalam serangan Hamas.
Laut Merah merupakan salah satu jalur laut yang paling sering digunakan di dunia untuk pengiriman minyak dan bahan bakar.
Tanpa menyebut Houthi, Geng mengatakan kepada PBB: "Kami menyerukan kepada pihak terkait untuk berhenti menyerang kapal-kapal sipil dan menghormati serta melindungi kebebasan navigasi semua negara di Laut Merah."
Diplomat China tersebut mencatat bahwa "isu Yaman berada pada titik kritis," demikian bunyi transkrip pernyataan Geng di Dewan Keamanan.
"Ketegangan di Laut Merah telah menimbulkan tantangan baru terhadap proses politik di Yaman," katanya, sembari menyerukan kepada semua pihak terkait di negara yang didera konflik itu "untuk tetap tenang, menahan diri, berkomitmen untuk berdialog dan berkonsultasi, serta mendorong penyelesaian politik."