REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China kembali memprotes latihan gabungan militer Amerika Serikat dan Filipina di Laut China Selatan dan menyebut aktivitas itu sebagai provokasi.
"Kami ingin menekankan bahwa aktivitas militer Amerika Serikat dan Filipina adalah provokasi, dan aksi provokatif di Laut China Selatan tidak kondusif untuk mengelola situasi di laut dan menangani sengketa maritim," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin kepada pers di Beijing, China, pada Kamis (4/1/2024).
Sebelumnya, Komando Palagan Selatan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) pada Rabu (3/1/2024) mengatakan akan ada pengerahan armada angkatan laut dan udara China selama dua hari pada Rabu dan Kamis.
Kapal-kapal tersebut sedang melakukan patroli rutin saat armada kapal perang AS yang dipimpin kapal induk USS Carl Vinson melakukan latihan dengan Angkatan Laut Filipina selama dua hari.
"Kami mendesak negara-negara terkait untuk menghentikan tindakan tidak bertanggung jawab itu, dan menghormati upaya negara-negara di kawasan untuk menegakkan perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan," kata Wang Wenbin.
China, kata dia, akan terus menjaga secara tegas kedaulatan wilayahnya, juga hak dan kepentingan maritimnya.
"Serta melakukan upaya aktif untuk menegakkan perdamaian dan ketenangan di kawasan," katanya.
Kapal-kapal perang AS dan Filipina sebelumnya menggelar latihan militer bersama di Laut China Selatan pada 23 November 2023.
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr mengatakan bahwa Manila harus mengubah pendekatannya di Laut China Selatan dalam menghadapi klaim tumpang tindih beberapa negara.
Dia menolak pendekatan "konsultatif" terhadap China yang diambil para pendahulunya.
Marcos juga mengatakan bahwa Filipina akan mengupayakan lebih banyak perjanjian militer dengan negara-negara lain yang memungkinkan pelatihan bersama, seiring upaya Manila membangun hubungan pertahanan yang semakin kuat dengan AS dan Jepang.
Filipina baru-baru ini sepakat untuk memulai pembicaraan dengan Prancis terkait perjanjian pertahanan yang memungkinkan adanya kunjungan militer.
Filipina juga menempatkan kapal perang BRP Sierra Madre sebagai "markas terapung" sejak 1999 bagi penjaga pantai Filipina di dekat pulau karang di perairan yang disengketakan,
Pulau itu disebut oleh China sebagai "Ren'ai Jiao", sedangkan Filipina menyebutnya "Beting Ayungin", bagian dari Kepulauan Spratly yang disengketakan kedua negara dan juga beberapa negara lain di Asia Tenggara.
China memasukkan kawasan "Nine-Dash Line", wilayah seluas 2 juta km persegi yang 90 persen di antaranya diklaim oleh China sebagai hak maritimnya secara historis.