REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Raja Yordania, Abdullah II, mendesak Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, mendorong gencatan senjata di Gaza dan membawa lebih banyak bantuan kemanusiaan untuk mengakhiri krisis kemanusiaan di pemukiman Palestina itu. Sementara serangan Israel ke Gaza sudah memasuki bulan keempat.
Kerajaan Yordania mengatakan, Abdullah II bertemu Blinken di Amman, Yordania pada Ahad (7/1/2024). Ia memperingatkan Blinken "dampak yang sangat besar" bila perang terus berlanjut. Pemerintah Palestina mengatakan setidaknya 22.835 orang termasuk 9.600 anak-anak Palestina tewas dalam serangan Israel yang digelar sejak awal Oktober tahun lalu. Israel mengklaim serangan mendadak Hamas yang memicu perang ini menewaskan 1.139 orang.
"Raja menekankan pentingnya peran Amerika Serikat dalam menekan gencatan senjata di Gaza, melindungi warga sipil dan menjamin pengiriman bantuan kemanusiaan dan kesehatan," kata Kerajaan Yordania seperti dikutip dari Aljazirah, Senin (8/1/2024).
Blinken memulai tur diplomasi selama satu pekan di Timur Tengah pada Jumat (5/1/2024) lalu. Ia mencoba meredakan ketegangan di kawasan dan memastikan perang di Gaza tidak menyebar ke seluruh kawasan. Blinken tiba di Yordania usai berkunjung ke Turki dan Yunani di mana ia mencatat negara-negara itu "sangat khawatir" dengan perbatasan Israel-Lebanon.
"Kami ingin melakukan semua yang memungkinkan untuk memastika kami tidak melihat eskalasi di sana dan menghindari lingkar kekerasan tanpa akhir," katanya. Setelah berkunjung ke Yordania, Blinken akan melakukan perjalanan ke Arab Saudi, Mesir, Qatar, Uni Emirat Arab, Israel dan daerah pendudukan Tepi Barat. Ia akan menyampaikan pesan Washington tidak konflik Gaza meningkatkan eskalasi di kawasan.
Diplomat tertinggi AS itu juga berharap dapat menghasilkan kemajuan dalam pembicaraan mengenai bagaimana Gaza akan dikelola setelah perang berakhir. Berdasarkan pernyataan Kementerian Luar Negeri Yordania dalam kunjungannya ke negara itu Blinken juga bertemu Menteri Luar Negeri Ayman Safadi. Mereka membahas skenario masa depan menyatukan Tepi Barat dan Gaza sebagai dasar solusi dua negara.
Yordania menandatangani perjanjian damai dengan Israel pada tahun 1994. Raja Abdullah menegaskan kembali kebutuhan solusi dua negara bagi permasalahan Israel-Palestina. Ia menggaris bawahi "penolakan total" Yordania terhadap pengusiran warga Palestina dari Gaza dan Tepi Barat.
Washington juga mendorong solusi dua negara yang ditolak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Anggota kabinetnya menyerukan pengusiran warga Palestina dari Gaza.
Pejabat Departemen Luar Negeri AS yang ikut dalam tur Blinken mengatakan menteri luar negeri itu akan terus mendorong negara-negara muslim untuk bersiap memainkan perang dalam rekonstruksi, pemerintahan dan keamanan di Gaza.
Pejabat yang tidak bersedia disebutkan namanya itu mengatakan AS ingin mengumpulkan pandangan negara-negara Arab mengenai masa depan Gaza sebelum mengambil posisi pada Israel. Meski Washington menyadari akan ada perbedaan besar posisi para pihak yang terlibat.
Setelah bertemu pejabat pemerintah Yordania, Blinken berkunjung ke gudang koordinasi wilayah Program Pangan Dunia (WFP). Di sana ia menekankan "sangat penting" untuk "memaksimalkan bantuan ke masyarakat yang membutuhkan" dengan mendapatkan dan menyalurkan bantuan dengan efektif.
Di dalam gudang yang penuh dengan makanan kaleng, seorang pejabat senior PBB di Yordania, Sheri Ritsema-Anderson menggambarkan situasi di Gaza saat ini tidak pernah ia lihat selama 15 tahun di Timur Tengah. "Ini bencana," katanya.
Blinken mengatakan AS berusaha agar rute bantuan ke Jalur Gaza terbuka dan akan terus menambahnya. "Kami sangat fokus pada situasi pangan yang sangat sulit dan semakin memburuk bagi pria, perempuan dan anak-anak di Gaza dan ini sesuatu yang kami kerjakan 24/7," kata Blinken.