REPUBLIKA.CO.ID,BEIRUT -- Israel menggelar gelombang serangan mematikan ke truk-truk kargo, infrastruktur dan orang di Suriah. Enam sumber mengatakan target serangan yang belum pernah dilakukan sebelumnya itu mengincar orang-orang yang terlibat dalam pengiriman senjata Iran ke proksi-proksinya di kawasan.
Sumber yang termasuk perwira intelijen militer Suriah dan seorang komandan aliansi kawasan yang mendukung Damaskus mengatakan Israel mengubah strateginya setelah serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober lalu. Serangan itu memicu operasi militer Israel ke Gaza dan serangan ke Lebanon.
Para sumber mengatakan meski sudah bertahun-tahun Israel menyerang target-target kelompok yang didukung Iran di Suriah termasuk wilayah di mana Hizbullah dari Lebanon aktif, tapi kini serangan-serangan tersebut semakin mematikan. Israel semakin sering menggelar serangan udara ke pengiriman senjata dan sistem pertahanan udara Iran di Suriah.
Komandan pasukan aliansi kawasan dan dua sumber yang dekat dengan Hizbullah mengatakan Israel mengabaikan "peraturan" yang tak tertulis dalam serangannya ke Suriah. Mereka mengatakan tampaknya Israel "tidak lagi berhati-hati" dalam menimbulkan banyak kerugian Hizbullah di sana.
"Biasanya mereka menggunakan tembakan peringatan, mereka menembak dekat truk, orang-orang kami keluar dari truk, dan kemudian mereka menembak truk," kata komandan tersebut menggambarkan serangan Israel sebelum 7 Oktober, Selasa (9/1/2024).
"Sekarang tidak lagi. Kini Israel menggelar serangan udara yang lebih sering, lebih mematikan terhadap pengiriman senjata dan sistem pertahanan Iran di Suriah, mereka langsung membom semua orang, bom mereka untuk membunuh," katanya.
Berdasarkan catatan kantor berita Reuters, serangan udara Israel dalam tiga bulan terakhir sudah menewaskan 19 anggota Hizbullah di Suriah. Dua kali lipat dari total kematian pada tahun 2023. Di periode yang sama lebih dari 130 pasukan Hizbullah juga tewas dalam tembakan Israel di selatan negara itu.
Militer Israel belum menanggapi permintaan komentar mengenai meningkatnya serangan mereka. Pejabat senior Israel yang tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan Hizbullah yang memulai serangan pada 8 Oktober dan strategi Israel adalah pembalasan.
Bulan lalu, saat ditanya mengenai serangan di Suriah, komandan militer Israel mengatakan pasukannya bekerja di seluruh kawasan dan mengambil "tindakan apa pun yang diperlukan" untuk menunjukkan tekad Israel untuk membela diri.
Israel sudah memulai serangan ke target-target yang memiliki hubungan dengan Iran di Suriah bertahun-tahun yang lalu. Tapi sumber mengatakan serangan-serangan tersebut tampaknya menghindari kematian anggota Hizbullah bila bisa dilakukan.
Perwira intelijen kawasan mengatakan Israel khawatir tingginya korban jiwa dapat memicu pembalasan dari Hizbullah di Lebanon ke desa-desa Israel yang berada di perbatasan. Namun setelah 7 Oktober baku tembak hampir setiap hari terjadi.
"(Israel bersedia) untuk mengurangi kehati-hatian dan menahan diri dari membunuh Hizbullah di Suriah," kata perwira tersebut.
Dalam pidato yang disiarkan di televisi pada 5 Januari lalu pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah mengatakan kelompoknya kehilangan "sejumlah pejuang dalam tembakan Israel di beberapa tempat di Suriah dalam beberapa bulan terakhir."
"Kami memiliki rumus sebelum operasi Banjir Aqsa (7 Oktober) bila mereka membunuh saudara-saudara kami di Suriah, kami akan meresponnya dari front Lebanon yang mana masih tenang. Pada dasarnya kondisi rumus ini berubah? Mengapa karena saat ini semua front membara," katanya.
Komandan aliansi pro-Suriah mengatakan serangan drone Israel pada 8 Desember lalu menewaskan tiga pejuang Hizbullah yang berencana menggelar operasi di utara Israel dan serangan lainnya di Quneitra di selatan Suriah mengincar dua pejuang Hizbullah yang bertanggung jawab atas pengiriman senjata.
Empat orang lainnya tewas dalam serangan ke sebuah gedung dan truk yang digunakan milisi yang didukung Iran di sepanjang perbatasan Suriah-Irak pada akhir Desember lalu.
Dua serangan juga menewaskan petinggi dan anggota Garda Revolusi Iran di Suriah. Pada awal Desember dua anggota Garda Revolusi tewas dalam serangan Israel dan pada 25 Desember Israel membunuh petinggi Garda Revolusi yang memimpin koordinasi militer antara Suriah dan Iran.
"Ia tidak akan pernah dibunuh sebelum realitas datang ke pasukan setelah 7 Oktober," kata salah satu sumber yang dekat dengan Hizbullah dan mengetahui operasi kelompok itu di Suriah.
Satu serangan menghantam infrastruktur di selatan Suriah. Satu pangkalan pertahanan udara terkena serangan pada 28 Desember setelah sistem pertahanan anti-pesawat juga terkena serangan.
Perwira intelijen Suriah mengatakan serangan-serangan tersebut menghantam peralatan pertahanan bahkan sebelum pasukan dapat memasangnya. Bandara di ibu kota Suriah, Damaskus, dan Aleppo utara, yang digunakan Iran untuk mentransfer senjata, hampir tidak dapat digunakan karena serangan.
"Israel mengatakan kepada (Presiden Suriah Bashar) al-Assad: Anda mengizinkan Iran dan Hizbullah untuk mentransfer senjata dan mengepung mereka - jadi kami akan mengganggu jalur kehidupan Anda dan Anda akan menemukan diri Anda dalam posisi yang sulit," kata sumber intelijen regional tersebut.