Selasa 09 Jan 2024 19:50 WIB

Oposisi Israel Sebut Netanyahu tak Becus, Tuntut Perdana Menteri Itu Mundur

Politik dalam negeri Israel berkecamuk buntut perang Gaza

Rep: Kamran Dikarma, Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
Yair Lapid mengkritik keras kebijakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Foto: AP Photo/Ohad Zwigenberg
Yair Lapid mengkritik keras kebijakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM— Pemimpin oposisi Yair Lapid pada Senin (8/1/2024) mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu "tidak memenuhi syarat untuk memimpin negara.” 

Dalam sebuah pernyataan di X, Lapid mendesak anggota parlemen oposisi Israel, termasuk mantan menteri pertahanan Benny Gantz, anggota dewan perang Israel saat ini, untuk meninggalkan koalisi berkuasa dan mengundurkan diri. 

Baca Juga

“Ini bukan pemerintahan persatuan, ini bukan pemerintahan darurat. Mereka tidak menyelamatkan Negara Israel, mereka menyelamatkan Netanyahu,” tambah Lapid.  

Dalam pernyataannya kepada Channel 12 Israel, menurut Lapid, pemerintahan Netanyahu sangat buruk dalam menangani konflik dengan Hamas.  “Netanyahu harus pergi sekarang selama pertempuran,” kata Lapid. 

“Pemerintah ini tidak berfungsi. Kita perlu perubahan, Netanyahu tidak bisa terus menjadi perdana menteri. Kita tidak bisa membiarkan diri kita melakukan kampanye berkepanjangan dengan perdana menteri yang tidak dipercaya oleh masyarakat,” sebut dia, dilansir dari Anadolu Agency, Jumat (5/1/2024). 

Lapid menunjukkan bahwa partainya, Yesh Atid, atau Ada Masa Depan, mungkin bergabung dengan pemerintahan rekonstruksi nasional dengan Partai Likud, namun menekankan bahwa “Netanyahu tidak dapat memimpinnya.”

Menurut hasil polling baru-baru ini, 66 persen warga Israel menginginkan pemilu dini setelah berakhirnya konflik Gaza. 

Pemimpin oposisi itu mengatakan 24 anggota parlemen dari Partai Yesh Atid (Ada Masa Depan) pimpinannya akan mendukung langkah apapun untuk mengubah Pemerintah Israel saat ini.

Baca juga: Dilanda Rasa Sempit dan Sulit Jalani Hidup? Baca Doa yang Diabadikan Alquran Ini

Seruan telah meningkat untuk mengadakan pemilu baru di Israel di tengah kritik terhadap Netanyahu atas kegagalannya untuk mengaku bertanggung jawab dalam serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober.

Jajak pendapat yang dilakukan oleh media Israel dalam beberapa hari terakhir menunjukkan bahwa jika pemilu dini diadakan sekarang, Netanyahu tidak akan dapat membentuk pemerintahan, sementara Gantz dianggap paling mungkin untuk berhasil.

Israel meluncurkan serangan udara dan darat di Jalur Gaza sejak 7 Oktober yang menewaskan 23.084 warga Palestina dan melukai 58.926 lainnya, menurut otoritas kesehatan Gaza, sementara 1.200 warga Israel diyakini tewas dalam serangan Hamas.

Serangan gencar Israel menyebabkan kehancuran di Gaza, dengan 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut rusak atau hancur, dan hampir dua  juta penduduk mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan.

photo
Israel kembali menggempur Jalur Gaza setelah berakhirnya gencatan senjata pada Jumat (1/12/2023) pagi. - (Tim Infografis Republika.co.id)

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement