Kamis 11 Jan 2024 23:29 WIB

Gempa Ishikawa Jepang: Akses Masih Sulit dan Listrik Padam

KBRI Tokyo memastikan tidak ada WNI yang menjadi korban jiwa.

Pembeli mengantre untuk kasir di supermarket setelah gempa Senin, di Wajima di semenanjung Noto, menghadap Laut Jepang, barat laut Tokyo, Sabtu, (6/1/2024).
Foto: AP Photo/Hiro Komae
Pembeli mengantre untuk kasir di supermarket setelah gempa Senin, di Wajima di semenanjung Noto, menghadap Laut Jepang, barat laut Tokyo, Sabtu, (6/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Gempa bermagnitudo 7,6 yang melanda Prefektur Ishikawa pada 1 Januari lalu masih menyisakan dampak yang signifikan hingga saat ini, terutama di beberapa wilayah, seperti di Wajima dan Suzu yang mengalami listrik dan air padam.

Salah seorang warga negara Indonesia (WNI), Hikmah, yang terdampak gempa dan terlibat langsung dalam membantu korban gempa menuturkan kepada Antara di Tokyo, Kamis (11/1/2024), bahwa saat ini kondisi di beberapa wilayah masih sulit.

Baca Juga

“Suzu, akses paling sulit. Listrik dan air belum ada,” katanya.

Kondisi yang sama juga terjadi di wilayah Ogi dan Wajima yang aksesnya terhambat dan listrik serta air padam.

“Ke sana, bisa makan waktu tiga kali lipat dari biasanya karena jalan di tempat-tempat lain pun juga tidak baik-baik saja,” ujarnya.

Sementara itu, lanjut dia, di wilayah Nanao akses relatif lebih mudah, tetapi air masih sulit didapatkan. Sementara di wilayah Ibu Kota Ishikawa, Kanazawa, kondisi sudah terbilang stabil.

Hikmah menyebutkan WNI yang terdampak di Suzu dan Wajima pun masih tinggal di pengungsian. “Setahu saya yang di Wajima ada tiga orang. Ada juga yang di Sakai. WNI yang bekerja di bidang perikanan diungsikan ke Kanazawa karena tempat tinggalnya sudah tidak bisa didiami,” katanya.

Dia menambahkan tidak hanya WNI dan warga asing lainnya, warga Jepang juga masih banyak yang bertahan di pengungsian. Berdasarkan informasi yang didapatkan, jalan raya terbelah di wilayah Suzu, rumah runtuh dan tiang-tiang listrik ambruk.

“Tiang listrik hampir tidak ada yang lurus. Saya pulang ke Kanazawa, melihat tiang listrik lurus jadi merasa aneh,” katanya.

Merujuk pada data Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo, WNI yang masih tinggal di pengungsian berjumlah 13 orang, delapan di Animizu dan lima di Kanazawa. Selain itu, akses dan lokasi jalan tertutup salju dan terkendala jaringan komunikasi telepon antarwilayah.

Hingga Kamis (11/1/2024), gempa tersebut telah menelan 206 korban tewas dan 52 orang masih belum dapat ditemukan. KBRI Tokyo memastikan tidak ada WNI yang menjadi korban jiwa.

Informasi dari Badan Meteorologi Jepang menunjukkan gempa susulan masih kerap terjadi di Semenanjung Noto, yakni bermagnitudo 2,7 pada Kamis (11/1/2024) pukul 23.35 waktu setempat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement