Sabtu 13 Jan 2024 15:12 WIB

Makin Memanas, AS Kembali Luncurkan Serangan ke Yaman

Seperti sebelumnya, serangan terbaru membidik fasilitas milik kelompok Houthi.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Citra satelit pada hari Jumat, 12 Januari 2024 yang disediakan oleh Maxar Technologies menunjukkan gambaran umum tempat perlindungan yang hancur di lapangan terbang Hudaydah di Yaman. Pemberontak Houthi di Yaman telah bersumpah akan melakukan pembalasan sengit atas serangan Amerika dan Inggris terhadap mereka, sehingga semakin meningkatkan prospek konflik yang lebih luas di wilayah yang sudah dilanda perang Israel di Gaza.
Foto: Maxar Technology via AP
Citra satelit pada hari Jumat, 12 Januari 2024 yang disediakan oleh Maxar Technologies menunjukkan gambaran umum tempat perlindungan yang hancur di lapangan terbang Hudaydah di Yaman. Pemberontak Houthi di Yaman telah bersumpah akan melakukan pembalasan sengit atas serangan Amerika dan Inggris terhadap mereka, sehingga semakin meningkatkan prospek konflik yang lebih luas di wilayah yang sudah dilanda perang Israel di Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Amerika Serikat (AS) kembali melancarkan serangan ke Yaman pada Sabtu (13/1/2024). Seperti sebelumnya, serangan terbaru membidik situs atau fasilitas milik kelompok Houthi.

Komando Pusat AS (CENTCOM) mengonfirmasi serangan tersebut di X (Twitter). “Pada pukul 03.45 (waktu Sanaa) tanggal 13 Januari, pasukan AS melakukan serangan terhadap situs radar Houthi di Yaman,” ungkap CENTCOM dalam unggahannya.

Baca Juga

“Serangan ini dilakukan oleh USS Carney (DDG 64) dengan menggunakan Rudal Serangan Darat Tomahawk dan merupakan tindakan lanjutan terhadap sasaran militer tertentu yang terkait dengan serangan yang dilakukan pada 12 Januari yang dirancang untuk menurunkan kemampuan Houthi dalam menyerang kapal maritim, termasuk kapal komersial,” tambah CENTCOM.

CENTCOM mengungkapkan, sejak 19 November 2023, kelompok Houthi yang didukung Iran telah berusaha menyerang dan mengganggu kapal-kapal di Laut Merah serta Teluk Aden sebanyak 28 kali. “Insiden ilegal ini termasuk serangan yang menggunakan rudal balistik anti-kapal, kendaraan udara tak berawak, dan rudal jelajah,” kata CENTCOM.

“Serangan ini tidak ada hubungannya dan terpisah dari Operation Prosperity Guardian, sebuah koalisi pertahanan lebih dari 20 negara yang beroperasi di Laut Merah, Selat Bab al-Mandeb, dan Teluk Aden,” tambah CENTCOM.

Pada Kamis (11/1/2024) malam lalu, AS dan Inggris sudah melancarkan serangan udara ke beberapa wilayah di Yaman, termasuk ibu kota Sanaa. Mereka membidik fasilitas-fasilitas milik kelompok Houthi. Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengungkapkan, dalam serangan tersebut militer negaranya menargetkan fasilitas yang terkait dengan kendaraan udara tak berawak atau drone, rudal balistik dan jelajah, serta kemampuan radar pesisir dan pengawasan udara milik Houthi.

"AS mempertahankan haknya untuk membela diri dan, jika perlu, kami akan mengambil tindakan lanjutan untuk melindungi pasukan AS,” kata Austin.

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden mengatakan, negaranya meluncurkan serangan ke Yaman karena kelompok Houthi yang berbasis di negara tersebut telah membahayakan personel AS, perdagangan, dan mengancam kebebasan navigasi di Laut Merah. Dia menekankan, AS tidak akan ragu mengambil langkah lebih lanjut untuk melindungi kepentingannya.

“Serangan (ke Yaman) ini merupakan respons langsung terhadap serangan-serangan Houthi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap kapal maritim internasional di Laut Merah, termasuk penggunaan rudal balistik anti-kapal untuk pertama kalinya dalam sejarah,” kata Biden dalam sebuah pernyataan yang dirilis Gedung Putih, Jumat (12/1/2024).

“Serangan-serangan ini telah membahayakan personel AS, pelaut sipil, dan mitra kami, membahayakan perdagangan, dan mengancam kebebasan navigasi,” tambah Biden.

Serangan ke sejumlah titik itu dilakukan....

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement