Senin 15 Jan 2024 13:31 WIB

Hamas Siarkan Video Tiga Sandera Israel, Desak Mereka Segera Dibebaskan

Hamas mendesak Israel menghentikan serangannya dan membebaskan sandera.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Pemandangan hancurnya menara Al Nusairat selama operasi militer Israel di kamp pengungsi Al Nusairat di selatan Jalur Gaza, (5/1/2024).
Foto: EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Pemandangan hancurnya menara Al Nusairat selama operasi militer Israel di kamp pengungsi Al Nusairat di selatan Jalur Gaza, (5/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Hamas menyiarkan video yang menunjukkan tiga sandera Israel yang ditahan di Gaza. Kelompok itu mendesak Israel menghentikan serangannya dan membebaskan mereka, saat perang Israel di Gaza memasuki hari ke-100.

Video yang tidak diketahui kapan diambil tersebut, menunjukkan Noa Argamani yang berusia 26 tahun, Yossi Sharabi 53 tahun dan Itai Svirsky 38 tahun dan diakhiri dengan kalimat: "Esok kami akan memberitahu anda nasib mereka."

Baca Juga

Sebelumnya, pada Ahad (14/1/2024), Hamas mengatakan mereka kehilangan kontak dengan sejumlah sandera setelah pasukan Israel menembaki Gaza. Hamas mencatat kemungkinan para sandera itu tewas dalam serangan Israel. Pada awal perang Hamas juga mengancam akan mengeksekusi sandera sebagai balasan atas serangan militer Israel.

Biasanya, Israel menolak merespon pesan Hamas mengenai sandera karena menganggapnya sebagai perang psikologis. Pada 31 Desember lalu di stasiun televisi Israel, seorang pejabat forensik dari Kementerian Kesehatan Israel Hagar Mizrahi mengatakan otopsi sandera yang tewas membuktikan mereka tewas dalam serangan udara Israel.

Israel mengeklaim mereka menyadari risiko serangan udara terhada para sandera dan akan melakukannya dengan berhati-hati. "Operasi militer butuh waktu, menjadi kewajiban kami untuk presisi dan kami beradaptasi sesuai dengan ancaman dan siapa sandera di lapangan," kata juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari, Ahad (14/1/2024).

Israel juga mengeklaim Hamas membunuh 1.200 orang dan menculik 240 orang lainnya dalam serangan mendadak pada 7 Oktober 2023. Sejumlah sandera sudah dibebaskan dalam gencatan senjata selama satu pekan pada akhir November lalu tapi masih terdapat 132 sandera yang masih ditawan di Gaza dan 25 diantaranya diyakini sudah tewas.

Penyanderaan mengguncang masyarakat Israel dan keluarga para sandera mendesak pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk menggelar gencatan senjata atau mengakhiri perang. Tapi, ia bersumpah menumpas habis Hamas, yang menurutnya akan membebaskan para sandera.

Bulan lalu, di parlemen, Netanyahu mengatakan ia meminta bantuan Beijing untuk membebaskan Argamani yang ibunya, Liora merupakan warga Cina. Liora Argamani yang sedang sakit parah meminta dapat bertemu kembali dengan putrinya sebelum meninggal dunia. 

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement