Senin 15 Jan 2024 15:49 WIB

Filipina akan Bangun Sembilan Pulau yang Diklaimnya di Laut Cina Selatan

Filipina juga ingin menghadirkan mesin desalinasi untuk tentara di kapal perang.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Setyanavidita livicansera
Dalam foto yang disediakan oleh Penjaga Pantai Filipina ini, sebuah kapal Penjaga Pantai Tiongkok, di depan, diduga memblokir jalur kapal Penjaga Pantai Filipina di dekat Beting Thomas Kedua yang diduduki Filipina, Laut Cina Selatan selama misi pasokan ulang pada hari Sabtu, 5 Agustus 2023.
Foto: Philippine Coast Guard via AP
Dalam foto yang disediakan oleh Penjaga Pantai Filipina ini, sebuah kapal Penjaga Pantai Tiongkok, di depan, diduga memblokir jalur kapal Penjaga Pantai Filipina di dekat Beting Thomas Kedua yang diduduki Filipina, Laut Cina Selatan selama misi pasokan ulang pada hari Sabtu, 5 Agustus 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA – Panglima Angkatan Bersenjata Filipina Jenderal Romeo Brawner mengatakan, negaranya akan mengembangkan sembilan pulau di Laut Cina Selatan (LCS) yang masuk teritorial Filipina. Hal itu disampaikan ketika Filipina masih terlibat ketegangan dengan Cina perihal persengketaan klaim di wilayah perairan tersebut.

Selain Second Thomas Shoal, yang secara lokal dikenal sebagai Ayungin, Filipina menempati delapan wilayah lain di LCS dan menganggapnya sebagai bagian dari zona ekonomi eksklusifnya. “Kami ingin meningkatkan kesembilan pulau tersebut, terutama pulau-pulau yang kami duduki,” kata Brawner kepada awak media setelah menghadiri konferensi komando yang dipimpin Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr., Senin (15/1/2024), dikutip laman the Globe and Mail.

Baca Juga

Thitu, pulau terbesar dan paling strategis penting di LCS, termasuk ke dalam sembilan pulau yang hendak dibangun oleh Filipina. Dikenal secara lokal sebagai Pag-asa, Thitu terletak sekitar 480 kilometer sebelah barat provinsi Palawan, Filipina.

Brawner mengungkapkan, pihaknya juga ingin menghadirkan mesin desalinasi untuk tentara Filipina yang tinggal di kapal perang rusak di Second Thomas Shoal. Filipina memang menempatkan sejumlah tentaranya di sebuah kapal perang rusak yang sudah terapung di Second Thomas Shoal sejak 1999.

Langkah itu dilakukan untuk menjaga klaim maritim mereka di LCS. Filipina secara rutin mengirim pasokan logistik kepada pasukannya di kapal tersebut. Bulan lalu, Filipina mengatakan ia tidak memprovokasi konflik di LCS. Hal itu disampaikan setelah Cina menuduh Manila melanggar batas wilayahnya di LCS yang dipersengketakan. “Filipina tidak memprovokasi konflik. Kami mengikuti hukum internasional dan kami hanya menerapkan hukum domestik, yang berarti batas wilayah perairan dan zona ekonomi eksklusif di mana kami memiliki hak kedaulatan,” kata juru bicara militer Filipina, Medel Aguilar, saat diwawancara stasiun televisi pemerintah negara tersebut, PTV, 26 Desember 2023 lalu.

Aguilar menekankan, Filipina tidak melakukan aktivitas yang membahayakan kapal dan pelaut. Dia justru menuduh Cina yang melakukan manuver berbahaya dan terkadang mengakibatkan insiden tubrukan di laut. “Merekalah (Cina-red) yang melakukan semua pelanggaran,” ujarnya.

Pada 25 Desember 2023, People’s Daily, media corong Partai Komunis Cina, menulis bahwa Filipina, dengan dukungan Amerika Serikat (AS), terus memprovokasi Beijing dengan perilaku “sangat berbahaya”. Cina menuduh Manila secara serius membahayakan perdamaian dan stabilitas regional.

Cina diketahui mengklaim sebagian besar LCS sebagai teritorialnya. Klaim itu ditentang sejumlah negara ASEAN yang wilayahnya turut mencakup perairan tersebut, seperti Filipina, Vietnam, Brunei Darussalam, dan Malaysia. Wilayah Laut Natuna Utara Indonesia juga bersinggungan langsung dengan klaim Cina di LCS.

Filipina sebenarnya memenangkan putusan arbitrase internasional melawan Cina pada 2016. Putusan itu menganulir klaim kedaulatan Cina atas sebagian besar wilayah LCS. Kendati demikian Beijing menolak mematuhi putusan tersebut. 

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement