REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Pemerintah Israel mengakui bahwa Hamas belum dikalahkan dalam pertempuran di Jalur Gaza. Hal itu disampaikan ketika perang di sana sudah berlangsung lebih dari 100 hari.
“Masih terlalu dini untuk membicarakan hari berikutnya setelah Hamas karena kelompok tersebut belum dikalahkan,” kata Tzachi Hanegbi, penasihat keamanan nasional Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, saat berbicara kepada Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan Israel, seperti dilaporkan surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth, Rabu (17/1/2024).
Pekan lalu, Netanyahu mengatakan, tidak ada hal yang bisa menghentikan negaranya dalam memerangi Hamas di Jalur Gaza. Dia menyebut, keputusan Mahkamah Internasional (ICJ) yang berbasis di Den Haag, Belanda, juga tidak akan menghentikan misi Israel. Afrika Selatan diketahui telah menggugat Israel ke ICJ atas kasus dugaan genosida di Gaza.
“Tidak ada seorang pun yang akan menghentikan kami, baik Den Haag, Poros Kejahatan, dan tidak ada orang lain. Hal ini (perang di Gaza-red) mungkin dan perlu untuk dilanjutkan sampai kemenangan, dan kami akan melakukannya,” kata Netanyahu dalam konferensi pers yang disiarkan televisi, Sabtu (13/1/2024), dikutip laman Al Arabiya.
Dia mengklaim, serangan militer Israel di Gaza telah melenyapkan sebagian besar batalyon Hamas di Gaza. Menurut data yang dirilis militer Israel, sebanyak 529 tentaranya telah tewas dalam pertempuran melawan Hamas di Gaza. Sementara itu, situs berita Ibrani, Walla, dalam laporannya pekan lalu mengungkapkan bahwa sebanyak 4.000 tentara Israel telah mengalami kecacatan sejak pecahnya perang melawan Hamas di Jalur Gaza pada Oktober 2023.
Jumlah tentara Israel yang menjadi cacat diperkirakan masih akan bertambah karena pertempuran di Gaza belum berakhir. “Negara ini bersiap menerima sejumlah besar tentara Israel yang cacat, dan setelah 100 hari perang, sekitar 4.000 tentara telah diakui menderita cacat,” kata Walla dalam laporannya yang dipublikasikan pada Jumat (12/1/2024) malam, dikutip laman Anadolu Agency.
Walla mengungkapkan, serangan dan operasi infiltrasi Hamas pada 7 Oktober 2023 telah menyebabkan Israel terlibat dalam perang yang belum pernah dialami sebelumnya. Dalam konteks ini yakni terkait jumlah tentara yang terluka dan terluka sangat parah. “Berkat pengabdian dan perawatan berkualitas tinggi yang diberikan oleh tim penyelamat dan tim medis, mereka yang mengalami luka parah dapat bertahan hidup,” kata Walla.
Menurut Walla, militer Israel pun tidak memberikan semua data tentang korban luka kepada publik. Militer Israel khawatir hal itu akan menurunkan moral masyarakat. “Saat ini, sekitar 4.000 tentara (penyandang disabilitas) telah diakui menurut klasifikasi tiga, artinya mereka berhak atas semua perlakuan dan hak yang dinikmati oleh penyandang disabilitas di tentara Israel tanpa diakui secara resmi dengan cara ini,” ungkap Walla.