REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Menteri Urusan Diaspora Israel, Amichai Chikli, menolak Otoritas Palestina kembali memerintah di Jalur Gaza. Menurut dia, hal itu merupakan langkah bunuh diri. Dia justru mendorong Israel untuk mengontrol wilayah tersebut.
Chikli menuduh Otoritas Palestina yang berbasis di Ramallah sebagai badan paling anti-Semit di dunia. “Membiarkan Otoritas Palestina memerintah Gaza akan menjadi langkah bunuh diri,” ujarnya kepada surat kabar Israel berbahasa ibrani, Yedioth Ahronoth, Ahad (21/1/2024), dikutip laman Middle East Monitor. “Gaza harus diperintah oleh Israel atau kekuatan internasional selama satu atau dua tahun,” tambah Chikli.
Belum ada komentar dari Otoritas Palestina terkait komentar Chikli. Sebelumnya Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menyampaikan, negaranya tidak akan melepaskan kontrol keamanan atas Gaza pascaperang dengan Hamas usai. Lebih jauh lagi, Netanyahu menolak pemberlakuan solusi dua negara Israel-Palestina.
Dalam konferensi pers yang disiarkan secara nasional pada Kamis (18/1/2024), Netanyahu secara terbuka menolak solusi dua negara. “Dalam pengaturan apa pun di masa depan, Israel memerlukan kontrol keamanan atas seluruh wilayah, di sebelah barat Sungai Yordan. Ini bertentangan dengan gagasan kedaulatan untuk Palestina. Apa yang bisa Anda lakukan?” ucap Netanyahu.
“Perdana menteri harus mampu untuk mengatakan tidak kepada teman-teman kita,” kata Netanyahu seraya menambahkan bahwa dia sudah menyampaikan penolakannya terkait solusi dua negara kepada para pejabat AS.
Setelah Netanyahu menyampaikan pernyataannya, Amerika Serikat (AS) selaku sekutu utama Israel, segera merespons dan memberikan penentangan. “Tidak ada cara untuk menyelesaikan tantangan jangka panjang mereka (Israel-red) untuk memberikan keamanan abadi, serta tidak ada cara untuk menyelesaikan tantangan jangka pendek dalam membangun kembali Gaza dan membangun pemerintahan di Gaza serta memberikan keamanan bagi Gaza tanpa pembentukan negara Palestina,” kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller dalam pengarahan pers, Kamis (18/1/2024).
Saat ini perang Israel-Hamas masih berlangsung di Gaza. Lebih dari 25 ribu warga Gaza sudah terbunuh sejak Israel meluncurkan agresinya pada 7 Oktober 2023. Sebagian besar dari korban meninggal adalah perempuan dan anak-anak.
Menurut PBB, 85 persen penduduk Gaza telah menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan. Sementara 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut, termasuk di dalamnya fasilitas kesehatan dan rumah sakit, rusak atau hancur.