Rabu 24 Jan 2024 07:04 WIB

Rakyat Palestina Rayakan Hari Paling Mematikan Bagi Pasukan Israel

Dua puluh satu tentara tewas saat dua gedung yang mereka tanami ranjau meledak.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
 Massa pro Palestina membawa spanduk untuk menentang serangan udara Amerika Serikat dan Inggris kepada kelompok Houti di Yaman. Mengikuti National March for Palestine di London, Inggris (13/1/2024), mereka berjalan dari Bank of England ke Parliament Square untuk mendesak gencatan senjata permanen dan mengakhiri pengepungan terhadap Gaza.
Foto: EPA-EFE/TOLGA AKMEN
Massa pro Palestina membawa spanduk untuk menentang serangan udara Amerika Serikat dan Inggris kepada kelompok Houti di Yaman. Mengikuti National March for Palestine di London, Inggris (13/1/2024), mereka berjalan dari Bank of England ke Parliament Square untuk mendesak gencatan senjata permanen dan mengakhiri pengepungan terhadap Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Militer Israel mengatakan dua puluh empat prajuritnya tewas dalam hari paling mematikan bagi tentara Israel di Gaza. Ketika pasukan Israel mengepung Kota Khan Younis, menjebak warga Palestina yang hendak menyelamatkan diri.

Juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan 21 tentara tewas saat dua gedung yang mereka tanami ranjau untuk dihancurkan meledak setelah milisi menembaki tank di dekatnya. Sebelumnya tiga tentara dilaporkan tewas dalam serangan terpisah.

Baca Juga

"Kemarin kami mengalami salah satu hari tersulit kami sejak perang pecah, atas nama para pahlawan kami, atas nama nyawa kami, tidak akan berhenti berperang sampai kemenangan absolut," kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Selasa (23/1/2024).

Rakyat Palestina pun merayakan kemunduran pasukan Israel sebagai kemenangan. "Perlawanan mengatakan akan menjadikan Gaza kuburan bagi penjajah, dan itu yang terjadi," kata pengungsi domestik yang tinggal di penampungan sementara di sebuah sekolah di Deir al-Balah, sebelah barat Khan Younis, Abu Khaled.

Warga Israel mengatakan, kematian tentara pengorbanan yang diperlukan dalam berperang melawan Hamas. Operasi militer Israel ke Gaza merupakan serangan balasan dari serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober lalu. Israel mengklaim Hamas membunuh 1.200 orang dan menculik 240 lainnya dalam serangan tersebut.  

"Anda tahu, itu putra-putra kami, saudara-saudara kami, ini buruk tapi kami harus melakukan apa yang perlu kami lakukan sehingga peristiwa 7 Oktober tidak terjadi lagi," kata Bline Rhodes di Yerusalem.

Israel bersumpah menumpas habis Hamas yang menguasai Gaza sejak 2007 lalu. Kepala kantor politik Hamas di pengasingan Sami Abu Zuhri mengatakan kematian tentara Israel bukti sayap bersenjata Hamas hanya semakin kuat.

"Kami meminta pemerintah Amerika untuk menghentikan kebijakan tidak berarti ini dan berhenti bertaruh pada kemungkinan melemahnya atau berakhirnya Hamas," katanya melalui sambungan telepon di lokasi yang tidak diketahui.

Meski sebagian masyarakat Israel mendukung perang itu tapi banyak pula yang semakin ragu dengan strategi Netanyahu untuk menumpas habis Hamas. Tapi tidak banyak mengungkapkan rencana setelahnya dan tidak ada perundingan sejak gencatan senjata bulan November lalu yang melepaskan 100 lebih sandera.

Keluarga sandera mendesak pemerintah berusaha lebih banyak membebaskan mereka meski artinya memperlambat perang. Sejak pekan lalu Netanyahu bersumpah tidak akan membiarkan rakyat Palestina memiliki negara, bertentangan dengan kebijakan lama Amerika Serikat di Timur Tengah. 

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement