REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pejabat Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) memperingatkan dampak negatif dari krisis di Laut Merah terhadap perdagangan dunia.
“Kami khawatir serangan pada kapal-kapal pengiriman di Laut Merah akan menambah ketegangan dan biaya pada perdagangan dunia,” ucap Kepala Bagian Fasilitasi Perdagangan UNCTAD Jan Hoffmann pada wartawan secara virtual pada Kamis (26/1/2024).
Hoffmann menyebutkan tiga rute utama perdagangan internasional, termasuk Ukraina dan Terusan Panama, telah terganggu. “Dan sekarang kita menghadapi krisis di Laut Merah. Rute Laut Merah dan Terusan Suez sangat penting untuk jalur perdagangan dunia,” tambahnya.
“Terusan Suez menangani sekitar 12 sampai 15 persen perdagangan dunia. Terusan Suez bahkan lebih penting untuk pengiriman peti kemas, di mana 20 persen dari peti kemas dunia melewati perairan tersebut,” ungkap Hoffmann.
Dia menekankan dampak krisis Laut Merah terhadap biaya dan tarif pengiriman sangat besar. Rata-rata tarif pengiriman peti kemas dari Shanghai meningkat 122 persen lebih dari dua kali lipat sejak awal Desember dan tarif pengiriman dari Shanghai ke Eropa meningkat 256 persen lebih dari tiga kali lipat.
“Kita melihat dampak global dari krisis di mana kapal-kapal mencari rute alternatif untuk menghindari Terusan Suez dan Panama,” jelasnya
UNCTAD menyatakan kekhawatiran dan akan terus mengawasi dampak dari gangguan ini. Ketegangan terus meningkat di Laut Merah imbas serangan Houthi ke kapal-kapal yang menuju ke Israel.
Houthi menyatakan serangan tersebut bertujuan untuk menekan Israel agar menghentikan serangan mereka di Jalur Gaza yang sudah menewaskan sekitar 26 ribu orang dan mengakibatkan bencana kemanusiaan. Aksi Houthi tersebut membuat Amerika Serikat dan Inggris melancarkan serangan balasan terhadap Houthi di Yaman. Laut Merah adalah salah satu rute perairan yang paling sering digunakan untuk pengiriman minyak dan bahan bakar dunia.