Rabu 31 Jan 2024 21:22 WIB

Petani-Petani Eropa Blokir Jalan dengan Traktor

Petani Eropa menghadapi terlalu banyak regulasi dan birokrasi.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Kendaraan militer, kanan atas, menghadapi petani yang memblokir jalan raya, Rabu, 31 Januari 2024 di Chilly-Mazarin, selatan Paris. Para petani telah menarik perhatian Perancis dengan menyiram kantor-kantor pemerintah dengan pupuk kandang dan mengepung Paris dengan barikade traktor dan tumpukan jerami yang mengganggu lalu lintas. Para pengunjuk rasa mengatakan semakin sulit mendapatkan penghidupan yang layak dari ladang, rumah kaca, dan ternak mereka.
Foto: AP Photo/Thibault Camus
Kendaraan militer, kanan atas, menghadapi petani yang memblokir jalan raya, Rabu, 31 Januari 2024 di Chilly-Mazarin, selatan Paris. Para petani telah menarik perhatian Perancis dengan menyiram kantor-kantor pemerintah dengan pupuk kandang dan mengepung Paris dengan barikade traktor dan tumpukan jerami yang mengganggu lalu lintas. Para pengunjuk rasa mengatakan semakin sulit mendapatkan penghidupan yang layak dari ladang, rumah kaca, dan ternak mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Petani Prancis dan Belgia memblokir puluhan jalan tol dan akses jalan ke pelabuhan kontainer besar. Protes dilakukan sebagai langkah menekan pemerintah melonggarkan peraturan lingkungan dan melindungi petani dari kenaikan harga dan impor barang murah.

Unjuk rasa petani menyebar ke seluruh Eropa. Petani Spanyol mengatakan mereka akan bergabung dengan gerakan ini sementara 1.000 petani Italia berencana menggelar unjuk rasa di Brussels dimana pemimpin Eropa akan bertemu.

Baca Juga

Petani Jerman dan Rumania yang memiliki keluhan serupa juga akan menggelar aksi. Petani mengatakan pembayaran mereka tidak cukup, mereka dicekik pajak dan peraturan lingkungan serta menghadapi persaingan tidak adil dari produk dari luar Eropa.

"Bila kami terus seperti ini, mengakhiri pertanian artinya mengakhiri peradaban," kata petani Belgia Adelin Desmecht yang berusia 28 tahun, Rabu (31/1/2024).

Ia mengatakan, petani Eropa menghadapi terlalu banyak regulasi dan birokrasi. Di Prancis, traktor-traktor berbaris di sekitar Paris dan pasar makanan internasional Rungis yang menjadi pusat produsen Prancis dan sekitarnya serta garis batas bagi pemerintah.

Sejauh ini pemerintah tidak banyak melakukan intervensi untuk menyingkirkan blokade. Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin mengatakan totalnya terjadi lebih dari 100 blokade.

Ia memperingatkan agar pengunjuk rasa tidak mencoba memblokir bandara, Rungis atau Ibu Kota Paris. Stasiun televisi BFM TV menyiarkan ketegangan antara pengunjuk rasa yang dihalangi polisi untuk mendekati Paris.

Petani Belgia memblokir jalan menuju pelabuhan kontainer Zeebrugge. Salah satu panitia unjuk rasa Bruno, yang sempat pulang untuk menggembala sapi-sapinya mengatakan lebih dari 100 traktor berpartisipasi dalam blokade tersebut. Media setempat melaporkan jalan tol besar Belgia juga diblokade.

Pemerintah Prancis sudah memenuhi beberapa tuntutan petani termasuk membatalkan rencana secara bertahap mencabut subsidi diesel untuk industri pertanian. Pada Rabu (30/1/2024) kemarin Komisioner Prancis mengusulkan untuk membatasi impor produk pertanian dari Ukraina dan melonggarkan peraturan lahan kosong untuk memenuhi tuntutan pengunjuk rasa.

Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022 lalu, Uni Eropa melonggarkan kuota dan tarif impor produk pertanian Kiev. Uni Eropa juga sedang melakukan negosiasi kesepakatan dagang dengan negara-negara Amerika Selatan.

Dua hal ini membuat marah petani Benua Biru yang merasa menghadapi persaingan tidak adil untuk produk gula, gandum dan daging. Berdasarkan peraturan lingkungan Uni Eropa, para petani di benua itu hanya menyisihkan 4 persen lahannya sebagai lahan kosong atau "non-produktif" agar alam dapat pulih dengan alami. Namun, terdapat pengecualian sementara sebagai respons perang Ukraina dan masalah ketahanan pangan.

sumber : Reuter
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement