Selasa 06 Feb 2024 23:40 WIB

Israel Nyatakan Rafah adalah Target Militer Berikutnya Setelah Jalur Gaza

Israel intensif lakukan serangan di Jalur Gaza di tengah kecaman

Petugas Kementerian Kesehatan Palestina mempersiapkan jenazah untuk pemakaman massal di kamp Rafah, selatan Jalur Gaza, Selasa (30/1/2024).
Foto: EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Petugas Kementerian Kesehatan Palestina mempersiapkan jenazah untuk pemakaman massal di kamp Rafah, selatan Jalur Gaza, Selasa (30/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM— Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant pada Senin (6/2/2024) mengatakan target militer berikutnya di Jalur Gaza adalah kota selatan Rafah, yang dia klaim menjadi benteng terakhir kelompok Palestina Hamas.

Pernyataan tersebut diucapkan Gallant dalam konferensi pers, menurut media publik KAN.

Baca Juga

Gallant mengatakan pejuang Hamas dan para pemimpinnya bersembunyi di Rafah. "Kami juga akan menjangkau daerah-daerah yang belum kami serang yaitu di Jalur Gaza tengah dan selatan, dan terutama (benteng) terakhir Hamas di Rafah, " kata dia.

Lebih dari 1,3 juta orang saat ini tinggal di Rafah dan wilayah sekitarnya, yang sebagian besar mereka yang mengungsi dari wilayah lain Gaza.

Beberapa kelompok hak asasi telah memperingatkan atas serangan militer Israel di Rafah, yang dapat menyebabkan banyak korban jiwa.

Gallant menegaskan kembali bahwa pada akhir perang, Hamas tidak akan dapat lagi mengendalikan Gaza.

Dia menggambarkan operasi darat militer di Gaza sebagai salah satu yang paling kompleks dan rumit sepanjang sejarah perang. Sementara itu Hamas belum memberi tanggapan atas pernyataan Gallant.

Sebelumnya PBB mengatakan, Israel telah memblokade sebagian besar pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza bulan lalu. Hal itu membuat situasi kemanusiaan di Gaza kian memburuk. Tindakan Israel itu telah menentang resolusi Dewan Keamanan PBB yang diadopsi pada Desember tahun lalu.

“Untuk  Januari secara keseluruhan, hanya 10 dari 61 misi bantuan kemanusiaan yang direncanakan di utara Wadi Gaza yang difasilitasi oleh otoritas Israel,” ungkap Juru Bicara PBB Stephane Dujarric di markas PBB di New York, Senin kemarin, dikutip laman Anadolu Agency.

Dia menambahkan, dari 51 pengiriman yang tersisa, dua diizinkan masuk secara parsial, 34 tidak diberi akses sama sekali, dan enam lainnya ditunda oleh kelompok bantuan karena masalah operasional internal. Dujarric tidak menjelaskan bagaimana nasib sisa pengiriman lainnya.

Dujarric mengatakan, sebagian besar misi bantuan yang diizinkan masuk berisi dukungan makanan untuk daerah terkepung. Sementara misi yang ditujukan untuk mendukung rumah sakit di Gaza utara, fasilitas sanitasi air, dan layanan kebersihan lainnya, sebagian besar masih ditolak. 

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hanya 13 dari 36 rumah sakit di Gaza yang masih berfungsi. Rumah sakit yang masih beroperasi hanya berfungsi sebagian.

Baca juga: 5 Kunci Agar Rezeki yang Diperoleh Berkah di Dunia Menurut Alquran dan Hadits

Israel telah melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza sebagai balasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober yang menurut Tel Aviv menewaskan hampir 1.200 warga Israel.

Setidaknya 27.478 warga Palestina gugur dan 66.835 lainnya terluka dalam serangan Israel tersebut, kata Kementerian Kesehatan di wilayah kantong itu pada Senin.

Serangan Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.

photo
BUKTI GENOSIDA ISRAEL - (Republika)

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement