REPUBLIKA.CO.ID, BARCELONA -- Petani Spanyol membawa traktor mereka ke jalan-jalan kota untuk mengganggu lalu lintas sebagai upaya meningkatkan protes. Para petani protes atas kenaikan biaya produksi, birokras, dan persaingan tidak adil dari produk murah dari luar Uni Eropa.
Unjuk rasa digelar mendadak pada Selasa (5/2/2024) setelah petani dari beberapa negara Uni Eropa menggelar aksi serupa. Protes petani ini didukung tiga asosiasi terbesar di Spanyol.
Pada Kamis (8/2/2024) lusinan traktor mengepung gedung parlemen di Barcelona setelah pengendaranya bermalam di pusat kota. Petani mengganggu lalu lintas kota-kota yang lebih kecil di seluruh kota, termasuk di Avila, Vitoria dan Antequera.
Petani Spanyol bergabung dengan rekan-rekan mereka dari Jerman, Prancis, Italia dan Belgia. Terkadang beberapa protes pecah menjadi kekerasan.
Petani di seluruh Uni Eropa mengeklaim peraturan untuk melindungi lingkungan membuat mereka tidak bisa bersaing dengan petani dari luar kawasan. Mereka juga mengaku tercekik birokrasi dan pajak.
Impor dari Ukraina yang bebas kuota dan tarif sejak invasi Rusia dan kesepakatan dagang dengan negara-negara Amerika Latin mengobarkan ketidakpuasan di kalangan petani. Menteri Dalam Negeri Spanyol mengatakan polisi menahan 12 orang dalam unjuk rasa, Rabu (7/2/2024).
Ketika para pengunjuk rasa memblokir sejumlah pusat distribusi barang besar. Pemerintah dan asosiasi ritel tidak memperkirakan terjadinya kelangkaan barang.
Federasi transportasi FENADISMER mengatakan blokade berdampak pada lebih 80 ribu truk. Pada Selasa lalu petani Spanyol memblokir jalan tol dan pelabuhan di Malaga dan Castellion dan jalan raya Barcelona.
Unjuk rasa mendorong pemerintah mendistribusikan subsidi tambahan sebesar 269 juta euro kepada 140 ribu petani. Demi meredakan protes, para pemimpin Komisi Eropa juga membatalkan rencana mengurangi penggunaan separuh pestisida di Uni Eropa.