REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pasukan Israel gelar serangan udara mematikan ke Gaza beberapa jam setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan respons militer atas serangan 7 Oktober ke wilayah Palestina sudah keterlaluan. Israel melakukan pengeboman saat para diplomat berusaha meraih kesepakatan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak tawaran Hamas untuk gencatan senjata selama empat setengah bulan dengan imbalan pembebasan sisa sandera yang masih ditawan kelompok tersebut. AS berharap dapat mengamankan jeda pertempuran sebelum Israel menggelar serangan ke Rafah.
Kota perbatasan Palestina-Mesir itu menampung jutaan pengungsi yang melarikan diri dari serangan Israel. Pejabat kesehatan Palestina mengatakan setidaknya 15 orang tewas dalam serangan terbaru, termasuk delapan orang di Gaza.
Jurnalis lepas Palestina, Salem El-Rayyes yang tinggal di tenda pengungsi mengatakan anak-anak turut menjadi korban meninggal dalam serangan Israel ke sebuah rumah.
"Mereka sedang tidur pada Jumat subuh, ledakan mengguncang tanah di bawah kaki kami dan suara ledakan masih bergema di telinga kami," tulisnya di media sosial Facebook, Jumat (9/2/2024).
Ia mengatakan tubuh para korban terbang dari lantai tiga sebelum jatuh ke tanah di luar gedung, di mobil-mobil, di gang sempit, dan daerah sekitar permukiman. Israel belum memberikan komentar mengenai serangan udara terbaru itu.
Sebelumnya, mereka mengatakan akan...