REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Jumlah makanan bagi sebagian besar warga Palestina di Jalur Gaza di tengah serangan membabi buta pasukan Israel di wilayah kantong tersebut sangat sedikit, ungkap Program Pangan Dunia (WFP) pada Ahad (11/2/2024). “Mayoritas warga Gaza, tidak ada rumah, tidak ada meja dan makanan terlalu sedikit,” kata Direktur WFP untuk Palestina, Matthew Hollingworth lewat sebuah pernyataan.
“Harapan kami dapat membantu lebih banyak toko roti, khususnya di wilayah utara, di mana warga sangat membutuhkan, namun kami memerlukan akses dan keamanan," katanya. Israel menggempur Jalur Gaza sejak serangan lintas batas yang dilancarkan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang telah menewaskan sedikitnya 28.176 orang dan melukai 67.784 orang lainnya.
Sementara itu, hampir 1.200 orang Israel diyakini tewas akibat serangan Hamas. Serangan intensif Israel menyebabkan 85 persen penduduk Gaza mengungsi di tengah krisis makanan, air bersih dan obat-obatan, dengan 60 persen infrastruktur di sana rusak atau hancur, menurut PBB.
Pada akhir 2023 Afrika Selatan melayangkan gugatan ke Mahkamah Internasional (ICJ), menuduh Israel gagal menjunjung komitmennya berdasarkan Konvensi Genosida 1948. Melalui putusan sementara pada Januari 2024, Pengadilan PBB itu memutuskan bahwa klaim Afrika Selatan masuk akal.
ICJ lantas memerintahkan Pemerintah Israel untuk mengambil langkah sementara guna menghentikan aksi genosida sekaligus menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.