REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Kantor berita Korea Utara (Korut) KCNA melaporkan, Pyongyang berhasil mengembangkan sistem pengendali rudal balistik untuk peluncur multi-roket. KCNA mengatakan, Akademi Ilmu Pertahanan menggelar uji coba "pengendalian dasar" dengan menembakan peluru kendali kaliber 240 mili meter dari peluncur multi-roket pada Ahad (11/2/2024).
Akademi Ilmu Pertahanan Korut merupakan lembaga yang mengawasi pengembangan rudal di negara itu. Pada Senin (12/2/2024) KCNA mengatakan nilai strategis dari peluncur roket berkaliber 240 mili meter yang akan "dievaluasi kembali" dan perannya di medan perang juga akan meningkat karena apa yang disebut sebagai "peningkatan teknis yang cepat."
KCNA menambahkan pengembangan sistem pengendali peluru dan balistik akan membuat "perubahan kualitatif" pada pasukan peluncur multi-roket. Peluncuran Ahad kemarin digelar saat Korut melakukan serangkaian rudal beberapa pekan terakhir dan meningkatnya hubungan antara Pyongyang dan Moskow.
Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekutunya terus mengkritik penguatan hubungan Korut dan Moskow yang dianggap meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea. Korut menuduh Korea Selatan (Korsel) dan AS meningkatkan ketegangan dengan menggelar latihan militer gabungan skala besar.
Pada Sabtu (10/2/2024) lalu dikutip dari Fox News, pemimpin tertinggi Korut Kim Jong-un kembali mengancam serangan militer ke Korsel. Pernyataan ini disampaikan dalam perayaan 76 tahun Angkatan Bersenjata Korut.
"Mendefinisikan boneka Korea Selatan sebagai musuh utama yang paling berbahaya dan musuh utama yang tidak dapat diubah dan memutuskannya sebagai kebijakan nasional untuk menduduki wilayah mereka jika terjadi keadaan darurat adalah tindakan yang masuk akal untuk keselamatan abadi negara kita dan perdamaian serta stabilitas masa depan," kata Kim Jong Un, seperti dikutip KCNA.