Senin 12 Feb 2024 23:52 WIB

Kepala HAM PBB Kecam Tindakan Biadab Israel di Jalur Gaza

Ia juga mengkritisi negara Barat yang menghentikan pendanaan UNRWA.

Warga Palestina menyaksikan kehancuran akibat bombardir Israel di Jalur Gaza di Rafah pada Senin, 12 Februari 2024.
Foto: AP Photo/Hatem Ali
Warga Palestina menyaksikan kehancuran akibat bombardir Israel di Jalur Gaza di Rafah pada Senin, 12 Februari 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Hak Asasi Manusia (HAM) Volker Turk mengecam tindakan Israel di Jalur Gaza karena sudah sampai pada taraf yang keterlaluan.

Dalam wawancara singkat dengan televisi Austria ORF, Turk juga mengatakan situasi di Jalur Gaza amat mengerikan. "Saya tidak bisa berkata-kata lagi," ucap Turk terkait kondisi masyarakat sipil Palestina di Gaza saat ini, Senin pagi waktu setempat (12/2/2024).

Baca Juga

Apalagi, PBB kini justru menjadi pion dalam konflik yang terjadi. Komisioner PBB tersebut turut mengkritisi negara-negara barat yang menangguhkan pendanaan bagi badan PBB untuk pengungsi Palestina UNRWA.

Ia menyebut pendanaan tersebut amat tidak tergantikan bagi rakyat Palestina di Gaza. Ia juga merasa khawatir dan kecewa terhadap keputusan Israel melanjutkan serangannya melawan Hamas ke Kota Rafah di Jalur Gaza selatan.

Sekitar 1,4 juta rakyat Palestina kini mengungsi dari serbuan Israel di kota yang berbatasan dengan Mesir tersebut tanpa makanan maupun bantuan kemanusiaan yang cukup. Ia menyebut, saat ini sudah lebih dari 27 ribu rakyat Palestina, yang dua per tiga di antaranya adalah wanita dan anak-anak, terbunuh.

Sementara itu, lebih dari 60 ribu lainnya terluka akibat perang dengan Israel, kata Komisioner PBB itu. Kehancuran besar rumah-rumah, ladang pertanian, dan blokade bantuan kemanusiaan yang terjadi di Gaza menunjukkan adanya hukuman kolektif kepada rakyat Palestina.

Padahal, kata Turk, hal tersebut merupakan pelanggaran hukum kemanusiaan internasional, terlebih dengan adanya bukti yang jelas Israel telah melakukan kejahatan perang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement