REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Perminyakan Iran Javad Owji mengatakan dua ledakan di jaringan pipa gas utama selatan-utara Iran disebabkan sabotase. Media pemerintah Iran mengatakan pihak berwenang membantah insiden itu menyebabkan pemangkasan pasokan gas ke industri-industri dan kantor-kantor di beberapa provinsi.
"Aksi sabotase teroris terjadi pada pukul 01.00 dini hari waktu setempat pada Rabu (14/2/2024) di jaringan pipa transmisi gas nasional di dua wilayah negara," kata Owji.
Owji mengatakan hanya desa-desa dekat pipa gas yang mengalami penghentian pasokan gas, yang akan segera dipulihkan. Media pemerintah mengatakan pembatasan sementara rencana akan dilakukan untuk pemeliharaan.
Owji merujuk insiden serupa pada tahun 2011 yang menurutnya aksi sabotase. Ledakan gas pada tahun itu mengakibatkan pasokan gas di empat wilayah Iran terhenti.
Sementara serangan-serangan semacam itu jarang terjadi di Iran. Pada tahun 2017 lalu milisi separatis Arab di Iran mengklaim mereka meledakan dua pipa gas dalam serangan terkoordinasi di Provinsi Khuzestan.
Separatisme Arab di Khuzestan merupakan gerakan separatis Arab yang berlangsung selama beberapa dekade di bagian barat Provinsi Khuzestan di Iran.
Dari tahun 1920-an hingga awal 2020-an, ketegangan sering kali berujung pada kekerasan, termasuk pemberontakan pada tahun 1979, kerusuhan pada tahun 2005, pengeboman teroris pada tahun 2005-2006, protes pada tahun 2011, pembunuhan pada tahun 2017, dan serangan parade militer di Ahvaz pada tahun 2018.
Pada bulan Desember lalu Iran mengeksekusi lima orang yang dituduh sebagai pelaku sabotase yang memiliki hubungan dengan badan intelijen Israel, Mossad, dalam perang bayangan selama beberapa dekade.
Teheran menuduh Israel berupaya menyerang program nuklir dan rudal mereka. Israel tidak pernah mengkonfirmasi atau membantah tuduhan tersebut.