Kamis 15 Feb 2024 13:48 WIB

Putin Lebih Pilih Biden Menangkan Pilpres AS karena Lebih Mudah Diprediksi

Biden dinilai lebih berpengalaman dalam berpolitik.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
 Russian President Vladimir Putin attends an interview with US journalist Tucker Carlson at the Kremlin in Moscow, Russia, 06 February 2024 (issued 09 February 2024).
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengungkapkan, negaranya lebih condong memilih Joe Biden untuk kembali mengisi kursi nomor satu di Gedung Putih. Dia menyebut Biden lebih berpengalaman daripada Donald Trump yang kemungkinan akan menjadi lawannya dalam pemilihan presiden (pilpres) AS pada November mendatang.

“Biden, dia lebih berpengalaman, lebih mudah diprediksi, dia adalah politisi dari formasi lama. Tapi kami akan bekerja sama dengan pemimpin AS mana pun yang dipercaya oleh rakyat Amerika,” kata Putin dalam sebuah wawancara dengan seorang koresponden televisi pemerintah Rusia saat menjawab pertanyaan tentang siapa yang akan menjadi pilihan lebih baik antara Biden dan Trump dari sudut pandang Moskow, Rabu (14/2/2024).

Baca Juga

Putin pun sempat ditanya tentang kondisi kesehatan Biden yang mulai dipertanyakan dan dikhawatirkan beberapa pihak. “Saya bukan seorang dokter dan menurut saya tidak pantas untuk mengomentari hal itu,” ujarnya.

Kendati demikian, Putin berpendapat, isu tentang kesehatan Biden muncul ketika kampanye pemilu semakin cepat di AS dan arah yang diambil semakin tajam. Putin menambahkan, isu kesehatan Biden juga beredar ketika mereka berdua bertemu di Swiss pada Juni 2021. Namun, Putin menekankan, saat itu dia melihat kondisi Biden cukup sehat.

“Mereka berbicara tentang dia (Biden) yang tidak mampu, tapi saya tidak melihat hal seperti itu. Ya, dia mengintip surat-suratnya. (Tapi) sejujurnya, saya (juga) mengintip surat-surat saya, bukan masalah besar,” kata Putin.

Namun terlepas dari kondisi kesehatannya, Putin merasa memang ada kebijakan-kebijakan dari pemerintahan Biden yang salah. Hubungan AS-Rusia merosot ke level terendah sejak berakhirnya Perang Dingin. Hal itu salah satunya dipicu oleh konflik di Ukraina. Washington diketahui menjadi pendukung utama Kiev dalam perang tersebut. “Saya yakin posisi pemerintahan saat ini sangat cacat dan salah, dan saya telah memberi tahu Presiden Biden tentang hal itu,” ujar Putin.

Putin kembali menegaskan alasannya mengerahkan pasukan ke Ukraina adalah untuk melindungi keamanan nasional Rusia. Sebab Kiev berupaya bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Selain itu, Putin berpendapat bahwa Moskow terpaksa mengambil tindakan setelah Kiev dan sekutu-sekutunya menolak memenuhi perjanjian tahun 2015 yang memberikan lebih banyak kekuasaan ke wilayah di Ukraina timur, tempat kelompok separatis yang didukung Moskow melancarkan pemberontakan pada 2014. 

“Kami hanya bisa menyesal karena kami tidak bertindak lebih awal, karena mengira kami berurusan dengan orang-orang baik,” ucap Putin.

Bulan lalu, ICJ menolak hampir....

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement