REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH — Menteri Kesehatan Palestina Mai Alkaila pada Kamis memperingatkan akan terjadinya bencana kemanusiaan di Rumah Sakit Nasser di Kota Khan Younis di Jalur Gaza selatan.
Tentara Israel telah mengepung sekitar rumah sakit dan memerintahkan evakuasi kompleks tersebut.
Tentara dilaporkan memberikan waktu kepada ribuan pengungsi Palestina di dalam kompleks tersebut hingga pukul 07.00 pagi waktu setempat (5:00 GMT) untuk dievakuasi dari rumah sakit, menurut para saksi.
Pasukan Israel menyerbu rumah sakit pada Kamis pagi, memicu kepanikan di antara para pengungsi dan pasien, kata saksi.
Pada Rabu, sedikitnya satu warga Palestina tewas dan beberapa lainnya luka-luka dalam serangan Israel di bagian ortopedi rumah sakit tersebut.
"Ini adalah kejahatan baru yang dilakukan oleh pendudukan Israel terhadap rakyat kami di Jalur Gaza," kata Alkaila dalam sebuah pernyataan.
Dia meminta PBB untuk melakukan intervensi guna "menghentikan kejahatan Israel" di rumah sakit Gaza.
"Para pengungsi mencari perlindungan di rumah sakit untuk menghindari agresi Israel," kata Alkaila. "Tidak ada tempat yang aman di daerah kantong ini."
Sejak 22 Januari, Khan Younis telah digempur oleh invasi darat besar-besaran Israel, memaksa puluhan ribu warga di kota itu untuk melarikan diri akibat pengeboman besar-besaran Israel.
Sementara itu, perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk wilayah pendudukan Palestina, Richard Peeperkorn, memperingatkan bahwa invasi darat militer ke Kota Rafah di Gaza akan menjadi “bencana tak terduga yang semakin memperluas bencana kemanusiaan di luar bayangan."
“Semua mata tertuju pada Rafah,” ujar Peeperkorn yang khawatir atas kemungkinan invasi darat yang dilakukan Israel.
Lebih dari 1,5 juta pengungsi Palestina memadati pengungsian sementara di Kota Rafah.
Pada 13 Februari, Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan sekaligus Koordinator Bantuan Darurat Martin Griffiths memperingatkan bahwa operasi militer di Kota Rafah “dapat menyebabkan pembantaian di Gaza” dan juga “menyisakan operasi kemanusiaan yang sudah rapuh di ambang kematian".
Martin juga menambahkan bahwa “Pemerintah Israel tidak bisa terus-menerus menghindari seruan” dari komunitas internasional ini.
Badan Pekerjaan dan Pemulihan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) melaporkan sebanyak 152 instalasi miliknya di Gaza mengalami kerusakan sejak 7 Oktober, termasuk bangunan yang memberikan perlindungan bagi Pengungsi Internal (IDP).
Menurut data Pusat Satelit PBB, UNOSAT, yang dipublikasi pada 1 Februari, tercatat 30 persen bangunan di Jalur Gaza hancur atau mengalami kerusakan parah hingga sedang.
Baca juga: 4 Perkara yang Bisa Menghambat Rezeki Keluarga Menurut Alquran
Israel telah menggempur Jalur Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, menewaskan sedikitnya 28.576 orang dan menyebabkan kehancuran massal serta kelangkaan kebutuhan pokok. Hampir 1.200 warga Israel diyakini telah tewas dalam serangan Hamas.
Perang Israel di Gaza telah memaksa 85 persen penduduk wilayah itu mengungsi di tengah kelangkaan akut bahan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur daerah kantong itu telah rusak atau hancur, menurut PBB.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang dalam keputusan sementara pada Januari memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan aksi genosida dan mengambil langkah untuk memastikan bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.