REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW- Pemerintah Amerika Serikat sedang bersiap mengirimkan senjata ke Israel, termasuk bom, peralatan panduan Joint Direct Attack Munition (JDAM), serta murang peledak, meskipun Amerika Serikat menyerukan gencatan senjata di Jalur Gaza, menurut The Wall Street Journal (WSJ).
Pemberitaan WSJ pada Sabtu itu melaporkan hal itu dengan mengutip sejumlah sumber yang mengetahui situasi tersebut.
Sumber tersebut mengungkapkan bahwa jumlah senjata yang akan dipasok bernilai puluhan juta dolar (sekitar ratusan miliar rupiah).
"Israel mengambil langkah efektif untuk mencegah pelanggaran berat hak asasi manusia dan meminta pertanggung jawaban pada pasukan keamanannya yang melanggar hak-hak tersebut. Di masa lalu, Israel sudah menjadi mitra transparan AS dalam penyelidikan tuduhan penyalahgunaan pengiriman senjata," kata dalam laporan tersebut.
Dalam laporannya WSJ mengatakan sekitar 21 ribu rudal sudah diberikan ke Israel sejak perang di Gaza dimulai pada Oktober lalu. Hampir 29 orang ribu orang tewas di Gaza, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Sebelumnya pada Jumat (16/2), Biden mengatakan telah menyampaikan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu perlunya gencatan senjata sementara di Gaza untuk memungkinkan penarikan sandera yang tersisa.
Biden menambahkan bahwa dia tidak memperkirakan Israel akan melakukan serangan darat skala besar selama inisiatif terkait dengan gencatan senjata sementara tersebut sedang dipertimbangkan.
Perang Gaza mencapai titik kritis saat Israel menyerang Rafah, yang berbatasan dengan Mesir dan tempat di mana 1,4 juta orang mengungsi untuk menghindari pengeboman Israel. Para pengungsi berdesak-desakan di tenda-tenda dan apartemen dan tempat perlindungan sementara.
Di konferensi pers usai pertemuan itu Erdogan mendesak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghindari serangan darat ke Rafah.
Dia mengatakan pemerintah Israel menggelar "pembantaian" di Gaza. "Upaya depopulasi Gaza tidak dapat diterima," kata Erdogan.
Mesir khawatir serangan darat di Rafah akan mendorong ratusan ribu warga Palestina mengungsi dengan menyeberangi perbatasan dan masuk ke Semenanjung Sinai di Mesir. Hal ini mengancam menangguhkan perjanjian damai yang berlangsung selama puluhan tahun dengan Israel.
Mesir, Qatar dan sekutu terkuat Israel, Amerika Serikat (AS) mencoba menengahi gencatan senjata untuk memulangkan 130 sandera yang ditawan Hamas dalam serangan mendadak 7 Oktober lalu.
Negosiator menggelar pembicaraan di Kairo pada Selasa (13/2/2024) tapi belum ada tanda-tanda terobosan dalam perundingan tersebut.
Erdogan juga mengatakan Turki siap untuk bekerja sama dengan Mesir untuk membangun kembali Gaza, dan berjanji untuk meningkatkan perdagangan jangka pendek dengan Mesir hingga 15 miliar dolar AS.
Baca juga: 4 Perkara yang Bisa Menghambat Rezeki Keluarga Menurut Alquran
Israel melancarkan serangan ke Gaza para pejuang Hamas melakukan serangan mendadak ke Israel selatan pada 7 Oktober setelah lalu. Israel mengklaim Hamas membunuh 1.139 orang dan menyandera sekitar 250 orang lainnya.
Israel merespons dengan pemboman dan invasi darat yang menghancurkan di Gaza, menewaskan lebih dari 28.500 orang. Serangan Israel membuat sebagian besar wilayah yang terkepung menjadi puing-puing dan membuat lebih dari 80 persen penduduknya mengungsi.