REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Korban jiwa serangan Israel di Gaza bertambah 67 orang pada Rabu (21/2/2024). Israel juga menyerang zona aman, tempat warga sipil diminta untuk mengungsi.
Rumah Sakit Syahid Al Aqsa di Deir Al Balah mengatakan mereka menerima 44 mayat setelah beberapa serangan di Gaza tengah. Kantor berita Associated Press melaporkan jenazah-jenazah itu tiba dengan ambulans dan kendaraan pribadi.
Para kerabat korban tewas mengadakan doa pemakaman di halaman rumah sakit pada Rabu pagi. Direktur rumah sakit Abu Youssef Al Najjar Marwan Al Hams mengatakan serangan udara ke sebuah rumah di kota Rafah, Gaza selatan, menewaskan satu keluarga yang terdiri dari delapan orang.
Profesor di sebuah universitas Nasser Abuel-Nour; istrinya, Nour yang merupakan seorang pengacara hak asasi manusia; lima anak dan cucu mereka semuanya tewas dalam serangan tersebut.
Al Hams mengatakan dua orang lainnya tewas dalam serangan ke sebuah mobil di Rafah. Sedikitnya tujuh orang tewas dalam serangan di Kota Khan Younis, yang menjadi fokus utama serangan Israel dalam beberapa pekan terakhir
Pihak rumah sakit mengatakan enam orang lainnya tewas di Muwasi, wilayah yang telah dinyatakan sebagai zona aman oleh Israel. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan total kematian serangan Israel di Gaza sudah menewaskan 29 ribu orang lebih, dan membuat sekitar 80 persen dari 2,3 juta penduduknya mengungsi dari rumah mereka.
Sebagian besar pengungsi mengindahkan perintah Israel untuk mengungsi ke selatan dan sekitar 1,5 juta orang telah memadati Rafah. Israel bersumpah untuk memperluas serangan daratnya ke kota paling selatan untuk menghancurkan Hamas.
Organisasi kemanusiaan Doctors Without Borders (MFS) mengatakan dua orang tewas dalam serangan Israel ke tempat penampungan di mana warga Palestina diperintahkan untuk mencari perlindungan.
"Sementara perinciannya masih terus bermunculan, kru ambulans sekarang sudah tiba di lokasi, di mana setidaknya dua anggota keluarga dari rekan-rekan kami telah terbunuh dan enam orang terluka. Kami merasa ngeri dengan apa yang telah terjadi," kata MSF media sosial X.