Kamis 22 Feb 2024 11:29 WIB

Studi: Jika Perang Israel Berlanjut, 86 Ribu Orang Berisiko Terbunuh 6 Bulan ke Depan

Menurut kemungkinan terburuk, akan ada kematian hampir 86 ribu warga Palestina.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Pemakaman massal di Palestina. Studi gabungan antara Amerika Serikat dan Inggris menyatakan 86 ribu orang bisa terbunuh jika perang Israel di Jalur Gaza meningkat.  (ilustrasi)
Foto: EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Pemakaman massal di Palestina. Studi gabungan antara Amerika Serikat dan Inggris menyatakan 86 ribu orang bisa terbunuh jika perang Israel di Jalur Gaza meningkat. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Studi gabungan antara Amerika Serikat dan Inggris menyatakan 86 ribu orang bisa terbunuh jika perang Israel di Jalur Gaza meningkat. Studi yang dirilis pada Senin (19/2/2024) waktu setempat itu melacak tiga skenario, termasuk kemungkinan terburuk akibat eskalasi permusuhan di Gaza. 

Menurut kemungkinan terburuk, akan ada kematian hampir 86 ribu warga Palestina akibat trauma fisik dan penyakit dalam enam bulan ke depan. Jumlah itu di luar hampir 30 ribu kematian yang dicatat otoritas kesehatan di Gaza sejak awal perang pada Oktober tahun lalu.

Baca Juga

Penghitungan yang berdasarkan pada kondisi empat bulan terakhir menunjukkan bahwa cedera dan penyakit berpotensi membunuh 66.720 warga Palestina dalam setengah tahun ke depan. Bahkan menurut skenario terbaik, yaitu apabila gencatan senjata diberlakukan, masih ada sekitar 11.580 warga Palestina yang kemungkinan kehilangan nyawa. Kurang dari 50 persen kematian kemungkinan akan disebabkan epidemi.

“Proyeksi kami mengindikasikan bahkan dalam skenario gencatan senjata terbaik sekalipun, ribuan kematian bakal terus terjadi, terutama karena waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki air, sanitasi, dan kondisi pengungsian," menurut laporan para penulis studi tersebut. 

Selain itu, kata mereka, waktu juga diperlukan untuk memperbaiki gizi masyarakat serta memulihkan layanan kesehatan di Gaza. Proyek studi diharapkan dapat memperbarui temuan mereka secara berkala hingga Mei, seiring dengan perkembangan situasi di lapangan.

Studi itu mengemuka ketika Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menyatakan akan melancarkan perang ke Kota Rafah di Gaza selatan, tempat hampir satu setengah juta orang mengungsi. Mayoritas pengungsi menyelamatkan diri ke Kota Rafah setelah mengungsi di wilayah-wilayah Gaza lainnya. Netanyahu juga bersumpah akan meluncurkan serangan darat pada awal Ramadhan jika lebih dari 130 sandera yang ditahan kelompok perlawanan Hamas tidak dibebaskan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement