REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Majelis Umum PBB Dennis Francis menyatakan keprihatinan setelah Badan Pangan PBB menghentikan pengiriman bantuan pangan dan obat-obatan ke Jalur Gaza bagian utara. "Ribuan orang di Gaza menderita kelaparan dan kekurangan gizi parah, dan pengiriman bantuan dikurangi ketika jumlahnya perlu ditingkatkan," kata Francis.
"Saya menegaskan kembali tuntutan saya dan Majelis Umum PBB yang berulang kali menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera. Ini adalah masalah hidup dan mati, termasuk anak-anak yang tidak bersalah," tulis Francis di X.
Dia menyampaikan pernyataan tersebut setelah Program Pangan Dunia PBB (WFP) pada Selasa (20/2/2024) mengumumkan, mereka menghentikan pengiriman bantuan pangan yang sangat dibutuhkan ke Gaza utara "sampai kondisi memungkinkan distribusi secara aman."
"WFP sangat berkomitmen untuk segera menjangkau orang-orang yang putus asa di seluruh Gaza. Tetapi keselamatan dan keamanan untuk menyalurkan bantuan pangan itu penting - dan bagi orang-orang yang menerimanya, harus dipastikan," kata mereka dalam sebuah pernyataan.
Israel telah menggempur Jalur Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Serangan Israel tersebut telah menewaskan dari 29.410 warga Palestina dan menyebabkan kehancuran massal serta kelangkaan kebutuhan bahan pokok.
Sementara itu, kurang dari 1.200 warga Israel diyakini telah tewas dalam serangan Hamas. Perang Israel di Gaza telah memaksa 85 persen penduduk wilayah itu menjadi pengungsi di tengah kelangkaan akut bahan pangan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur daerah kantong itu telah rusak atau hancur.