Selasa 27 Feb 2024 11:58 WIB

Yordania Khawatirkan Siklus Kekerasan Rafah pada Bulan Ramadhan

Israel akan membatasi jumlah jamaah Palestina di masjid Al Aqsa di Yerusalem.

Raja Yordania Abdullah II ibn Al-Hussein berbicara pada konferensi pers setelah pembicaraan di Kanselir, di Berlin, Jerman, 15 Maret 2022.
Foto: AP/HANNIBAL HANSCHKE/REUTERS POOL
Raja Yordania Abdullah II ibn Al-Hussein berbicara pada konferensi pers setelah pembicaraan di Kanselir, di Berlin, Jerman, 15 Maret 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Raja Yordania Abdullah pada Senin (26/2/2024), memperingatkan bahaya rencana operasi militer Israel di Rafah, Gaza. Ia pun menegaskan kembali seruannya untuk segera melakukan gencatan senjata guna melindungi warga sipil dan mendatangkan bantuan. 

Dikutip Alarabiya, Raja Abdullah mengatakan, satu-satunya cara untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung puluhan tahun ini adalah dengan menemukan “cakrawala politik” bagi rakyat Palestina yang akan menciptakan negara Palestina di wilayah yang diduduki Israel dalam perang Arab-Israel 1967, termasuk Yerusalem Timur.

Baca Juga

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, pekan ini kabinet keamanan Israel akan menyetujui rencana militer di Rafah, termasuk mengevakuasi lebih dari satu juta warga sipil Palestina yang mengungsi yang berlindung di sana. Hal ini pun sangat mengkhawatirkan negara-negara besar. 

Israel telah membunuh hampir 30 ribu warga Palestina dalam konflik yang terjadi selama lebih kurang empat bulan ini. Raja Abdullah juga menyatakan kekhawatirannya atas serangan pemukim Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki, yang dikutuk oleh Washington dan beberapa negara Eropa.

Abdullah menyuarakan kekhawatirannya tentang siklus kekerasan baru selama bulan suci Ramadhan bulan depan. Di mana Israel mengatakan akan membatasi jumlah jamaah Palestina di masjid Al Aqsa di Yerusalem.

Tentara Yordania pada Senin juga mengatur operasi penerjunan udara terbesar sejauh ini untuk menyalurkan bantuan ke Gaza di mana 2,3 juta penduduk yang sebagian besar menjadi pengungsi menghadapi tingkat krisis kelaparan, kata sebuah pernyataan militer.

Operasi ini, mengerahkan empat pesawat C-130 termasuk satu milik angkatan udara Prancis, kata juru bicara militer Brigadir Jenderal Mustafa Hiyari. Bantuan diberikan ke 11 lokasi di sepanjang pantai Gaza dari tepi utara hingga selatan untuk dikumpulkan oleh warga sipil, kata Hiyari kepada Reuters.

Pemberian bantuan melalui udara sebelumnya yang diterjunkan dalam obat-obatan dan perbekalan kemanusiaan dikirim ke rumah sakit yang dikelola tentara Yordania di Gaza. “Meningkatnya serangan udara merupakan dampak dari memburuknya kondisi kemanusiaan penduduk sipil Gaza yang mengancam kelaparan dan kelaparan,” kata Hiyari.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement