REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Qatar berharap kesepakatan gencatan senjata di Gaza dapat tercapai sebelum Ramadhan. Hal ini disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari, Selasa, (27/2/2024). Qatar, yang menjadi tuan rumah biro politik Hamas, telah menjadi mediator utama dalam negosiasi yang melibatkan militan Palestina, Israel, Amerika Serikat, dan Mesir. “Kami tetap berharap, belum tentu optimistis, bahwa kami dapat mengumumkan sesuatu hari ini atau besok, namun kami tetap berharap bahwa kami dapat mencapai semacam kesepakatan,” kata al-Ansari, dikutip Alarabiya.
Jelas, ia mengatakan, Ramadhan akan menjadi titik perselisihan, ini akan menjadi titik konfrontasi, tapi pihaknya akan terus mendorong jeda sebelum awal Ramadhan. Al-Ansari berbicara setelah Presiden AS Joe Biden mengatakan gencatan senjata baru dan pembebasan sandera dapat dimulai segera pada Senin, menjelang bulan suci umat Islam yang akan dimulai sekitar 11 Maret 2024.
“Sampai saat ini kami belum mencapai kesepakatan, kami masih melakukan negosiasi di semua sisi,” kata al-Ansari. Perang udara, darat dan laut Israel melawan Hamas sebagai pembalasan atas serangan mematikan pada 7 Oktober 2023 dan telah menewaskan sedikitnya 29.878 orang.
Jeda selama satu pekan dalam pertempuran di bulan November menyebabkan lebih dari 100 sandera dibebaskan, termasuk 80 warga Israel yang dibebaskan dengan imbalan sekitar 240 warga Palestina yang dipenjara di Israel.
Mediator Mesir, Qatar dan AS bertemu di Doha pada Ahad (25/2/2024). untuk melakukan pembicaraan yang juga dihadiri oleh perwakilan Israel dan Hamas, kata media Mesir yang memiliki hubungan dengan pemerintah. Pembicaraan di Doha merupakan kelanjutan dari pertemuan di Paris, tanpa Hamas. “Di mana para perwakilan “mencapai pemahaman di antara mereka berempat tentang seperti apa bentuk kesepakatan penyanderaan untuk gencatan senjata sementara,” kata Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan kepada CNN.