Sabtu 02 Mar 2024 13:07 WIB

Mesir Berharap Gencatan Senjata di Gaza Tercapai Sebelum Ramadhan

Negosiasi berlangsung di Paris, Prancis sejak pekan lalu.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Warga Gaza melaksanakan shalat Jumat di samping puing-puing Masjid Al-Farooq, di Rafah, Jalur Gaza selatan, Jumat (1/3/2024). Masjid tersebut hancur akibat serangan udara Israel. Meski masjid hancur, namun hal itu tidak menyurutkan niat warga Palestina untuk menunaikan shalat Jumat berjamaah.
Foto: EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Warga Gaza melaksanakan shalat Jumat di samping puing-puing Masjid Al-Farooq, di Rafah, Jalur Gaza selatan, Jumat (1/3/2024). Masjid tersebut hancur akibat serangan udara Israel. Meski masjid hancur, namun hal itu tidak menyurutkan niat warga Palestina untuk menunaikan shalat Jumat berjamaah.

REPUBLIKA.CO.ID, ANTALYA -- Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry mengatakan Kairo berharap perundingan gencatan senjata di Gaza dapat tercapai di awal bulan Ramadhan. Negosiasi ini berlangsung di Paris, Prancis sejak pekan lalu.

Perundingan kali ini tampaknya yang paling serius untuk mendorong jeda pertempuran di pemukiman Israel. Para pihak terkait juga mencoba mengamankan pembebasan sandera Israel dan warga negara asing yang ditawan Hamas dalam serangan mendadak 7 Oktober lalu.

Baca Juga

"Saya dapat katakan kami mencapai titik kesepahaman. Kami akan masih mengerahkan semua upaya dengan saudara kami di Qatar, Amerika Serikat dan lainnya yang dekat dengan negosiasi. Kami berharap dapat mencapai penghentian permusuhan dan pertukaran sandera," kata Shoukry di Forum Diplomasi Antalya di Turki seperti dikutip Arab News, Jumat (1/3/2024).

"Semua orang mengakui kami memiliki batasan waktu untuk berhasil sebelum Ramadhan dimulai," tambahnya. Kantor berita Reuters mengutip seorang sumber yang mengetahui proses negosiasi itu yang mengatakan gencatan senjata diusulkan digelar pada 10 dan 11 Maret.

Selama gencatan senjata semua operasi militer dihentikan selama 40 hari dan Israel dan Hamas juga menukar 1 sandera dengan 10 tahanan Palestina yang dipenjara di Israel. "Kami akan terus berupaya keras dalam bekerja sama dengan PBB, dengan mitra-mitra kami untuk meringankan penderitaan rakyat Gaza dan meningkatkan (bantuan). Ini tidak bisa terjadi tanpa penghentian pertempuran," kata Shoukry.

Dalam kegiatan yang sama Menteri Luar Negeri Palestina Riyad Al-Malki mengatakan Israel tidak akan mengumumkan gencatan senjata kecuali terdapat tekanan internasional yang diterapkan pada pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. "Bila kami tidak dapat meraih gencatan senjata dalam dua atau tiga pekan, jelas kita akan melihat serangan lainnya ke Rafah dan berlanjutnya genosida," kata Al-Malki.

Juru bicara sayap bersenjata Hamas, brigade Al-Qassam, Abu Ubaida mengatakan tujuh sandera yang ditawan di Gaza tewas dalam pengeboman Israel. Belum diketahui kapan para sandera itu tewas.

Dalam pernyataannya di aplikasi kirim-pesan Telegram Abu Ubaida mengatakan brigade Al-Qassam mengkonfirmasi jumlah sandera yang tewas dalam operasi militer Israel di Gaza tembus 70 orang lebih. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement